Indonesia Lamrim Retreat 2016: Melatih Batin, Resolusi di Tahun Baru

  • January 9, 2017

Indonesia Lamrim Retreat 2016: Melatih Batin, Resolusi di Tahun Baru

1 JANUARI 2017—Biksu Bhadraruci menutup Indonesia Lamrim Retreat 2016 dengan menuntun seluruh peserta merenungkan topik-topik lamrim yang sudah dijelaskan secara bertahap dengan tujuan membangkitkan bodhicitta. Urutan perenungannya adalah sebagai berikut:

  1. menghargai kelahiran sebagai manusia yang bebas dan beruntung,
  2. mengingat bahwa kelahiran tersebut bisa berakhir kapan saja karena kematian pasti datang menjemput,
  3. menyadari besarnya kemungkinan kita terlahir kembali di alam rendah,
  4. berlindung pada Triratnya yang mau dan mampu melindungi kita dari hal tersebut,
  5. hukum karma yang harus dipahami dan dipraktikkan untuk memastikan kebahagiaan di kehidupan mendatang,
  6. ketidakpastian samsara akibat karma dan klesha yang membuat kita senantiasa menderita,
  7. menyadari bahwa semua makhluk yang telah berbuat baik kepada kita juga mengalami penderitaan yang sama,
  8. membangkitkan tekad untuk membebaskan diri dari samsara agar diri kita sendiri dan semua makhluk bebas dari penderitaan dan mencapai kebahagiaan sejati.

Dalam perenungan ini, peserta diajak membayangkan ibu masing-masing. Mereka ibarat nenek tua yang buta, setengah gila, dan berpakaian compang-camping berjalan di pinggir jurang. Usia tua melambangkan betapa seringnya ibu kita berputar-putar dalam samsara. Mata yang buta melambangkan tidak adanya kebijaksanaan. Nenek tua ini juga setengah gila akibat tiga racun: kebencian, keserakahan, dan kebodohan batin. Bajunya compang-camping karena miskin, tak punya kebajikan. Ia berjalan di pinggir jurang yang amat dalam dengan neraka di dasarnya, melambangkan betapa besar kemungkinan mereka jatuh ke alam rendah akibat banyaknya karma buruk. Jelas kita tak bisa menolong mereka hanya dengan memberikan uang atau hadiah-hadiah. Itu hanya akan menumbuhkembangkan klesha mereka dan menjerumuskan mereka ke dalam jurang alam rendah. Penderitaan ini juga tidak hanya dialami oleh ibu kita sendiri saja, tapi juga semua makhluk yang di kehidupan lampau mungkin pernah menjadi ibu-ibu kita. Sebagai seorang anak, kita wajib mewujudkan bakti kita dengan menolong mereka. Untuk itu, kita haruslah bisa menjadi seorang Buddha dan mengajarkan Dharma.untuk kebaikan semua makhluk.

Setelah perenungan ini, Biksu Bhadraruci memimpin upacara trisarana sebagai praktik nyata atas topik berlindung pada Triratna yang merupakan pondasi praktik Buddhadharma. Beliau juga kembali mengingatkan kita mengenai tujuan praktik Dharma yang sesungguhnya, yaitu kebahagiaan di kehidupan mendatang, pembebasan dari penderitaan, dan pencapaian Kebuddhaan demi semua makhluk. Biksu Bhadraruci juga membacakan garis-garis besar lamrim dalam Bahasa Indonesia sesuai dengan tradisi penutup sesi pengajaran Lamrim.

Di akhir acara, Biksu Bhadraruci mengajak semua peserta retret mendoakan agar guru spiritual utama komunitas Kadam Choeling Indonesia, Yang Mulia Dagpo Rinpoche, dapat kembali datang ke Indonesia dan membimbing retret Lamrim di tahun 2017. Beliau menyampaikan ucapan terima kasih, khususnya pada guru beliau dan orang-orang yang telah berjasa mempertemukan mereka, panitia penyelenggara Indonesia Lamrim Retreat 2016, dan seluruh peserta yang telah mengikuti kegiatan tersebut. Beliau berharap semua peserta retret mendapatkan sesuatu dari retret ini dan menjadikan melatih batin menjadi orang baik sebagai resolusi di tahun yang baru ini.

Foto-foto:

Biksu dan Biksuni dari berbagai aliran yang mengikuti Indonesia Lamrim Retreat 2016 menunggu sesi dimulai

Suasana hari terakhir di Indonesia Lamrim Retreat 2016

Persembahan khatag untuk berterima kasih atas ajaran

#ilr2014

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *