Buddha Tidak Pernah Pelit: Ayo Rame-rame Puja Tara dan Lafal Mantra Jambala Biar Kaya (2-10 Juli 2016)

  • June 28, 2016

Rantai Sifat Kikir

“Mengikat perwujudan makhluk dalam penjara tak tertahankan

Siklus keberadaan tanpa kebebasan sama sekali,

Mengunci mereka dalam cengkraman erat nafsu keserakahan

Rantai sifat kikir—mohon lindungi kami dari bahaya ini!”

Walaupun kebodohan batin merupakan akar siklus keberadaan, yang mengunci kita dalam lingkaran penderitaan dari satu kehidupan ke kehidupan berikutnya adalah nafsu keserakahan. Berkomplot dengan nafsu keserakahan adalah sifat kikir, yaitu sikap batin yang melekat pada benda-benda kepemilikan kita dan tidak tahan bisa berpisah dengannya. Walaupun mungkin kita suka berpikir bahwa diri kita adalah orang yang murah hati, namun ketika mengamati perilaku kita sendiri, ternyata ada banyak sekali ruang untuk berkembang.

Sebagai contoh, lemari penyimpanan dan gudang bawah tanah kita mungkin dipenuhi dengan barang-barang yang sebenarnya tidak digunakan—bahkan, kita tidak ingat barang-barang apa saja yang dipunyai selama ini—tapi kalau kita sempat memulai proses membersihkan area-area penyimpanan, pikiran kita menciptakan begitu banyak alasan untuk tidak memberikan barang-barang tersebut, bahkan kepada orang-orang yang jelas-jelas membutuhkannya. “Mungkin nanti saya akan membutuhkannya,” “Barang ini punya nilai kenangan,” “Orang yang saya kasih nantinya akan memanfaatkan diriku dan meminta lebih banyak lagi,” “Saya tidak mau terkesan seperti orang yang sedang pamer dengan cara bermurah hati,” dan seterusnya, dan seterusnya.

Mudah sekali bagi kita untuk berpikir bahwa diri kita adalah orang yang dermawan dan murah hati ketika sedang duduk membaca tulisan ini. Kita berpikir, “Saya orangnya tidak melekat. Saya senang sekali berbagi apa saja yang saya miliki kepada orang lain.” Tapi ketika seseorang datang bertanya, “Bolehkah saya meminta makanan yang ada di dalam lemarimu?” barangkali kita akan meresponnya dengan, “Tidak! Mengapa saya harus memberikannya padamu?” Atau ketika seseorang mengambil sepatu milik kita yang diletakkan di luar ruangan meditasi, kita akan merasa kesal. “Siapa yang mengambil sepatuku? Berani-beraninya mereka! Kembalikan sepatuku!”

Rasa takut mendasari segala alasan yang kita keluarkan. Dengan kelirunya kita berpikir bahwa benda-benda kepemilikan akan memberikan rasa aman bagi kita di dalam siklus keberadaan ini. Sesungguhnya, kemelekatan kita pada benda-benda kepemilikan itulah yang menyebabkan kita terikat di dalam penjara ketidakpuasan. Kita terus-menerus mendambakan lebih banyak kepemilikan dan benda-benda yang lebih bagus, namun tetap saja kita tidak pernah merasa puas dengan apa yang sudah kita miliki.

Rasa kikir atau pelit adalah sesuatu yang menyakitkan. Ketika sikap ini muncul di dalam batin, kita terkunci dalam cengkramannya yang ketat; sikap ini memenjarakan kita. Bila sudah mengenali kerugian-kerugian sifat kikir, kita akan memiliki keberanian untuk melepaskannya karena sebenarnya kita ingin bahagia. Sifat kikir menghalangi perkembangan spiritual kita, mengubah kita menjadi orang yang munafik, dan mempertahankan sikap tidak puas. Sepenuh-penuhnya melihat kenyataan ini, kita bertekad menerapkan penawar terhadap sikap keliru tersebut. Sebagai contoh, karena sekarang kita menyadari betapa berbahaya dan menyakitkannya seorang pencuri, ketika ia memasuki rumah kita, tentu saja kita tidak memintanya untuk duduk dan minum teh. Dengan prinsip yang sama, bila sudah mengenali bahayanya emosi-emosi pengganggu, kita tidak mau mengundang mereka untuk menetap di dalam batin, alih-alih melayani mereka.

Tidak melekat dan bermurah hati adalah penawar atau antidot terhadap sikap kikir. Dengan sikap batin yang tidak menempel pada objek kemelekatan, kita tidak membayangkan bahwa kepemilikan materi sebagai sumber kebahagiaan yang bisa diandalkan, atau sebagai makna sebuah kesuksesan. Dengan sikap batin yang lebih berimbang di dalam diri kita sendiri, maka kita akan menemukan rasa puas, sebuah “komoditas” langka dalam masyarakat materialistis kita saat ini. Rasa puas memungkinkan kita mengembangkan cinta kasih yang berkeinginan agar makhluk lain memperoleh kebahagiaan berikut sebab-sebab kebahagiaan, dan dengan demikian kita bersukacita dalam memberi.

Memberi dengan hati yang terbuka akan membawa kegembiraan dan sukacita, sekaligus memberikan manfaat langsung kepada orang lain. Barang-barang bisa saling dibagikan dengan lebih berimbang di dalam masyarakat dan di antara negara-negara, menenangkan rasa sakit akan ketidakadilan sosial serta mempromosikan perdamaian dunia. Berbagi adalah sumber keberlangsungan kita sebagai sebuah spesies. Yang Mulia Dalai Lama mengatakan, sebenarnya prinsipnya bukan siapa yang terkuat yang akan bertahan (survival of the fittest), tapi yang bertahan adalah pihak-pihak yang paling bisa bekerjasama dengan baik antara satu dengan lainnya, yang akan menguntungkan dan memakmurkan sebuah spesies.

Tak seorang pun dari kita semua yang bisa bertahan seorang diri; kita semua bergantung satu sama lainnya bahkan untuk semata-mata bertahan hidup. Dengan demikian, menolong orang lain dan berbagai kekayaan akan menguntungkan baik diri sendiri maupun orang lain. Hati yang murah membuat kita berbahagia saat ini juga, memungkinkan spesies kita untuk melanjutkan kemakmuran, dan menciptakan karma-karma positif yang akan membuahkan kesejahteraan di masa yang akan datang. Tambahan lagi, sikap bermurah hati adalah kualitas penting seorang makhluk tercerahkan. Siapa yang pernah mendengar adanya Buddha yang pelit?

* * * * * * * *

Kutipan dari buku “How to Free Your Mind—Tara the Liberator” karya Biksuni Thubten Choedron, Snow Lion Publications, 2005, hal. 50-52. Terjemahan ini dipublikasikan dalam rangka memperkenalkan sosok Arya Tara—Sang Penolong yang Tangkas, Ibu Semua Buddha dan Bodhisattwa—yang mampu melindungi semua makhluk dari sikap-sikap negatif seperti kekikiran dan menggantinya dengan sifat positif bermurah hati.

* * * * * * * *

Puja Tara dan Pelafalan Mantra Jambala (2-10 Juli 2016)

Kadam Choeling Indonesia mempersembahkan:

Puja Tara & Pengumpulan Sejuta Mantra Jambala
2-10 Juli 2016
Aula Istana Payung Perak
Jl. Sederhana No. 83, Bandung

Setiap hari 4 sesi dari pukul 09.00 hingga 21.30

Sesi 1: 09.00-11.30
Sesi 2: 13.30-15.30
Sesi 3: 16.00-17.30
Sesi 4: 19.30-21.30

Daftarkan keikutsertaan Anda ke Call Center KCI di 0815.7321.0000

* * * * * * * *

Kesempatan melatih kemurahan hati dengan :
Sepuluh Ribu Persembahan kepada Arya Tara
Satu set offering @Rp 30.000

Transfer ke BCA 5170181150 a.n. Nia Triyuniastuti Tirta
Format konfirmasi: Tara/Nominal Dana/Jumlah Set/Nama Donatur
Kode belakang 7
Contoh: Tara/Rp.210.007/7set/Rika Lenawaty

NB: Kelebihan dana persembahan akan didonasikan untuk kebutuhan Sangha Kadam Choeling Indonesia

Konfirmasi dana hubungi:

Call Center KCI
+62815.7321.0000

Sarwa manggalam,

Kadam Choeling Indonesia
Puja Tara & Pengumpulan Mantra Jambala
www.kadamchoeling.or.id

Tara

puja_tara_2_10_juni2016_poster

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *