Mahaguru Atisha, Istadewata Avalokitesvara, dan Indonesia sebagai Basis Mahakarunika

  • February 7, 2016

Kata pengantar His Holiness Dalai Lama sebenarnya sudah lengkap dan sempurna, sebenarnya tidak perlu untuk menambah-nambah apapun. Namun demikian, sahabat Dharma lama saya, Rio Helmi, bersikeras bahwa saya menulis beberapa patah kata. Hal ini saya lakukan dengan senang hati sebagai bentuk partisipasi saya pada peringatan seribu tahun kedatangan Dipamkara Sri Jnana ke Indonesia.

Adalah mahaguru buddhis ini, yang seringkali disebut Atisha oleh orang Tibet, yang untuk pertama kalinya membangun jembatan antara rakyat Indonesia dan Tibet. Beliau datang ke Indonesia dengan tujuan tunggal yaitu menerima instruksi lengkap tentang pembangkitan batin pencerahan yang tak ternilaikan, bodhicitta. Kemudian hari Beliau membawa instruksi yang sama ke Tibet, di mana Beliau mengajar secara ekstensif dan menggubah banyak karya.

Dari semua perbuatan Beliau yang amat bernilai, yang paling berdampak bagi Buddha Dharma adalah penggubahan karya Bodhipathapradipam, “Cahaya yang Menerangi Jalan ke Pencerahan”. Dengan mempraktikkan instruksi yang terkandung di dalamnya, para petapa yang tak terhitung jumlahnya telah membangkitkan bodhicitta yang amat berharga dan mencapai pencerahan sedangkan yang lain tetap mencapai kesepuluh bhumi dan kelima marga. Terlebih lagi, bilamana orang Tibet kini masih punya kebiasaan mengucapkan “Demi semua makhluk, para ibuku…” ini adalah berkat aktivitas Beliau.

Bilamana orang Tibet dan mereka yang menganut Buddhisme Tibet, di mana pun mereka berada, kini dapat mempraktikkan ajaran lengkap Sang Buddha, baik sutra maupun tantra, ini adalah berkat karya Atisha “Cahaya yang Menerangi Jalan ke Pencerahan”. Ini berlaku bagi praktisi otentik maupun para amatir seperti saya.

Oleh karena itu saya ingin menyarankan kepada para pembaca buku ini yang benar-benar ingin memperingati kedatangan Atisha ke Indonesia, bila mungkin, membaca, merenungkan, dan memeditasikan “Cahaya yang Menerangi Jalan ke Pencerahan”. Paling tidak bacalah satu bagian dan bangkitkanlah niat untuk mencapai aspirasi altruistik akan pencerahan yang setara dengan yang dimiliki oleh Atisha agar samudera duka akhirnya menjadi kering, agar semua makhluk mencapai kebahagiaan yang tertinggi dan agar dunia ini senantiasa damai.

 

Dagpo Tulku Rinpoche
Losang Jampel Jampa Gyatso
Veneux-les-Sablons, April 2012

 

*Kata Pengantar Dagpo Lama Rinpoche untuk buku berjudul “Jowo Atisha–India, Sriwijaya, dan Tibet–Sebuah riwayat singkat Mahaguru Atisha Dipamkara Sri Jnana”, disusun oleh Rio Helmi, Yayasan Suvarna Dharma Cakra Loka, Bali, 2012.

 

* * * * * * * *

 

Di tahun perdana kunjungan Dagpo Rinpoche ke Indonesia, Agustus 1989, Rinpoche berkenalan langsung dengan Bhante Sri Pannyavaro dengan mengunjungi Vihara Mendut di Jawa Tengah. Ketika itu, Bhante Pannya memperlihatkan relik Mahaguru Atisha, bahkan mempersembahkan sebagian kepada Rinpoche. Rinpoche sangat terkejut ketika itu namun sekaligus bahagia bisa bertemu dengan relik suci Sang Mahaguru Atisha. Relik tersebut diterima dengan baik dan dipersembahkan kepada Yang Mulia Dalai Lama 14 di Dharmsala.

Ketika itu juga terjalin persahabatan di antara mereka, dan Rinpoche ketika itu mempersembahkan teks akar Mahaguru Atisha “Bodhipathapradipam” beraksara Tibet kepada Bhante Pannya.

Pada Desember 2008, Dagpo Rinpoche memberikan uraian penjelasan “Bodhipathapradipam” di Gelanggang Serba Guna (GSG) Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung, Jawa Barat. Transkrip lengkap uraian ini telah berhasil diterbitkan oleh Dharma Center Kadam Choeling Indonesia.

Pada 6 Februari 2012, Bhante Pannya mengantarkan sendiri sebagian lagi dari relik Mahaguru Atisha yang dipercayakan kepada Kadam Choeling Indonesia dan diterima dengan sangat baik oleh Biksu Bhadra Ruci dengan sepengetahuan Dagpo Rinpoche. Kedua guru besar sahabat dharma sempat bertukar sapa melalui sambungan telepon pada saat relik diantarkan.

Desember 2014, Dagpo Rinpoche memberikan uraian Mahabodhipatakrama di Prasadha Jinarakkhita, Jakarta. Pada kesempatan berharga ini Rinpoche mengungkapkan hasil pengamatannya akan kebudayaan negara yang dikunjunginya dan secara khusus mengatakan bahwa barangkali sifat ramah tamah dan budi pekerti halus orang-orang Indonesia adalah bukti nyata warisan dari nilai-nilai welas asih yang dulu pernah dipraktikkan secara luas dan mendalam di tanah Indonesia.

Pada sesi berharga ini pula diresmikan Yayasan Pelestarian dan Pengembangan Lamrim Nusantara (YPPLN), sebuah yayasan nirlaba yang bertujuan sesuai dengan namanya.

Di tahun 2016 ini, Cipta, Karsa, dan Karya Dagpo Rinpoche memasuki tahun ke-27 dan selama itu pula jembatan penghubung antar budaya dan bangsa telah disambung kembali dan dirawat dengan penuh kebijaksanaan dan welas asih.

 

* * * * * * * *

 

Untuk mendapatkan transkrip penjelasan “Bodhipathapradipam” bisa menghubungi:
Call Center YPPLN di
081222816044.

 

Baca juga:

 

relic_YM_Atisha4

 

relic_YM_Atisha5

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *