Kalau Memang Cinta Jangan Pergi : 15 Tahun Kadam Choeling Indonesia & 10 Tahun Bimbel KCI

  • May 25, 2016

Bila kamu cukup beruntung bertemu dengan komunitas bajik ini, sesuatu yang berbeda akan terjadi.” – 15 tahun KCI & 10 tahun Bimbel, Donomulyo, 21 Mei 2016 –

Pagi yang cerah mengiringi hati-hati penuh sukacita yang bergerak dari Malang menuju lahan biara di Donomulyo. Satu per satu peserta tiba dan disambut oleh Panitia yang telah siap sedia menyambut di Gerbang Masuk.

Penyambutan berlangsung singkat namun cukup hangat kepada sekitar 156 peserta terdaftar. Selesai penyambutan, peserta berkumpul di tenda acara yang telah tersedia dengan kursi-kursi untuk duduk menghadap ke panggung.

Acara dibuka dengan Kata Sambutan Ketua Panitia Waisak KCI, Dian Mayasari, yang menyambut peserta dengan tema “Capek Bareng, Makan Bareng, Do Good Bareng.” Sambutan kedua oleh Ketua Panitia Pembangunan Biara, Rudiyanto, yang mengingatkan bahwa sebenarnya peserta tidak perlu disambut dengan ucapan “Selamat Datang” namun sebenarnya lahan biara ini adalah rumah bersama, sehingga lebih tepatnya ucapannya adalah “Selamat Pulang Kampung.”

Rudiyanto menyampaikan sekilas laporan perkembangan Biara kepada para peserta sambil tetap mengingatkan bahwa Biara ini adalah rumah bersama yang membutuhkan bantuan dan sokongan semua pihak. Laporan ini dilengkapi dengan uraian rancangan pembangunan Biara oleh Eka Agustian yang menjelaskan denah rancangan pembangunan fisik biara sambil merujuk spanduk denah yang terpasang di dalam tenda acara.

Rudiyanto selaku Ketua Panitia menjelaskan bahwa pembangunan biara akan dilakukan secara bertahap, dengan mengumpulkan progres-progres kecil yang apabila setiap progres tercapai sesuai rencana barulah kemudian akan tercapai progres dalam bentuk yang lebih konkrit.

Dalam kesempatan ini pula diserahkan Surat SHGB 1 dan 2 yang telah selesai diurus atas nama Yayasan Wilwatikta Sriphala Nusantara, berikut Surat Izin Lokasi, yang secara simbolis diserahkan oleh Ketua Panitia Pembangunan Biara kepada Ketua Yayasan WSN, Michael Chandra, mewakili Suhu Bhadra Ruci.

Kata Sambutan utama disampaikan oleh Michael Chandra selaku Ketua Yayasan WSN sekaligus Direktur Manajemen KCI. Michael menggugah semua pihak akan pentingnya komunitas sebagai salah satu dari tiga unsur pokok berlindung: Buddha/Guru, Dharma, dan Sangha.

Michael utamanya berupaya mengajak semua peserta untuk meredefinisikan kembali apa yang dimaksud dengan praktik spiritual, yaitu sebuah upaya dari dalam diri sendiri untuk mengubah cara pikir dan sikap hati menjadi lebih baik, lebih positif. Dalam rangka menjaga pola pikir dan sikap hati senantiasa positif, dibutuhkan komunitas pendukung yang positif dan bajik.

Michael mengambil contoh sederhana apabila kita sedang ditegur atau dimarahi oleh orang lain. Dalam kondisi batin yang goyah dan tanpa dukungan, sulit untuk menerima teguran atau amarah dari pihak luar. Tapi kalau kondisi batin cukup baik dan memiliki pendukung, maka kita akan lebih baik dalam menghadapi kondisi apapun, termasuk apabila dimarahi atau ditegur.

Tak lupa Michael menghadirkan sosok Suhu, sosok penting yang walau berhalangan hadir secara fisik pada acara hari pertama ini tapi kehadirannya terasa dalam setiap peserta, dan tentu saja kehadiran Suhu terasa dalam sambutan yang disampaikan oleh Michael, yang telah mendapatkan banyak bimbingan dan membantu Suhu dalam begitu banyak aktivitas-aktivitas Beliau yang luar biasa.

Michael mengingatkan bahwa adalah sosok Suhu yang bersedia mengeluarkan energi besar dan capek-capek memarahi anak-anak Bimbel dan bersedia menanggung resiko dibenci oleh anak-anak yang mendapatkan arahan/teguran. Tanpa Suhu dan Bimbel tidak ada perkembangan dan kemajuan yang dicapai oleh banyak anak-anak hingga hari ini.

Filsuf Perancis Rene Descartes mengatakan “karena aku berpikir maka aku ada.” Pemikiran Descartes disempurnakan oleh Michael untuk komunitas KCI “karena Suhu berpikir (dan Suhu berpikirnya sangat luas dan sangat jauh ke depan, memikirkan kebahagiaan semua orang) maka kita semua ada.”

Demikian sekilas kabar dari Donomulyo pada Sabtu siang yang cerah. Acara saat ini sedang diisi dengan performance menyanyikan lagu oleh para peserta, utamanya dari anak-anak lulusan Bimbel KCI.

Salam capek bareng, makan bareng, do good bareng.

* * * * * * * *

Kalau Memang Cinta Janganlah Pergi

ai wo bie zou
ru guo ni shuo
ni bu ai wo
bu yao ting jian ni zhen de shuo chu kou
zai gei wo yi dian wen rou

Kalau cinta jangan pergi
Jika kamu bilang
Kamu ga cinta
Tak mau mendengar kamu mengatakannya
Berilah aku sedikit kelembutan lagi
(Jay Zhou, Ai Wo Bie Zou)

Sepenggal lirik di atas barangkali mengungkapkan perasaan banyak orang akan sebuah kebutuhan batin untuk diterima dan dicintai. Untuk bisa diterima dan dicintai sebenarnya dimulai dari diri sendiri terlebih dahulu, yang bisa dimulai dengan proses belajar dan berkembang terus-menerus. Untuk bisa belajar dan berkembang dibutuhkan sebuah kesempatan dan kesempatan didapatkan melalui kebajikan. Untuk memperoleh kebajikan terus-menerus, dibutuhkan tiga komponen pokok yaitu Guru, Ajaran, dan Komunitas.

Kadam Choeling Indonesia (KCI) adalah komunitas yang memiliki tiga komponen pokok secara lengkap, yaitu (1) Guru berkualitas yang berasal dari silsilah agung, (2) Ajaran mulia yang otentik, dan (3) Komunitas yang bajik dan mulia. Selama 15 tahun perjalanan komunitas ini, banyak suka dan duka yang sudah dilalui, yang menorehkan momen-momen bersejarah bagi setiap anggotanya.

Dalam dharmadesana Waisaknya, Suhu Bhadra Ruci menyampaikan sebuah nasihat tentang pentingnya mencapai kepuasan batin. Dalam komunitas ini, seseorang mencoba untuk datang, belajar, dan kemudian mencoba untuk mempraktikkannya. Setelah mempraktikkan, dia akan menyadari bahwa yang dibutuhkan adalah kepuasan batin. Dengan batin yang puas, kita tidak lagi mengejar kepuasan materi dan materi bisa menjadi kebutuhan sekunder.

Tradisi yang diturunkan oleh KCI adalah sebuah kemuliaan dan kebanggaan. Oleh sebab itu, kita harus melanjutkan, mengembangkan, dan membesarkan komunitas ini. Dimulai dengan sebuah penerimaan terhadap diri sendiri, mencintai diri sendiri, yang kemudian diwujudkan dalam proses belajar dan berkembang. Setelah berkembang dan memiliki kebajikan, barulah kita bisa membantu orang lain untuk mewujudkan hal yang sama. #capekbarengmakanbarengdogoodbareng

 

15th_KCI_2

 

15th_KCI_3

 

15th_KCI_4

 

15th_KCI_5

 

15th_KCI_6

 

15th_KCI_7

 

15th_KCI_8

 

15th_KCI_9

 

15th_KCI_10

 

15th_KCI_11

 

Foto-foto lainnya dapat dilihat di SINI.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *