Topik ajaran kali ini adalah Sutra Intisari Penyempurnaan Kebijaksanaan, yang juga dikenal sebagai Sutra Hati. Sang Buddha mengajarkan sutra ini di puncak bukit burung Nazar di Rajagriha, setahun setelah pencerahan-Nya. Beliau mengajarkan beberapa versi Sutra Penyempurnaan Kebijaksanaan; beberapa sepanjang seratus ribu bait atau sloka, sementara yang lainnya lebih singkat.
Ajaran yang akan kita bahas ini adalah versi tersingkat dalam hal jumlah kata, namun isinya seluas versi yang terpanjang. Berkat praktik Sutra Penyempurnaan Kebijaksanaan-lah, “Sang Ibu”, maka semua Buddha di masa lampau, sekarang, dan akan datang telah, sudah dan akan mencapai pencerahan. Pernyataan ini ditemukan di dalam sutra tersebut yang isinya antara lain, “Lagipula, semua Buddha yang berdiam secara sempurna di ketiga masa dengan bertumpu pada penyempurnaan kebijaksanaan meraih pencerahan yang tak tertandingi dan sempurna, Kebuddhaan yang lengkap sempurna.”Jika Anda mengikuti jejak langkah mereka, maka Anda juga akan mencapai pencerahan.
Versi Sutra Penyempurnaan Kebijaksanaan ini disebut juga Sutra Intisari Penyempurnaan Kebijaksanaan, secara umum dikenal sebagai Sutra Hati, sutra yang sangat ringkas namun lengkap. Nilai penting dari sutra ini terbukti ketika Anda memerhatikan kelazimannya di seluruh negara yang mana Ajaran Mahayana Sang Buddha tersebar, apakah itu di Tibet, Mongolia, Cina maupun Jepang. Sutra ini terus dipraktikkan dengan luas oleh masyarakat di negara-negara tersebut, termasuk raja dan pemimpin negara yang menekankan pentingnya praktik sutra ini. Sutra ini dapat dilafalkan dengan sangat mudah oleh setiap orang karena keringkasannya.
Sutra ini juga bertindak sebagai dasar untuk pembelajaran dan meditasi bagi banyak praktisi di negara-negara tersebut, karena dengan mempraktikkan apa yang terkandung dalam ajaran ini, seseorang dapat mencapai tujuan tertinggi, yaitu pencerahan sempurna. Bagi mereka yang tidak memiliki kemampuan untuk mempelajari dan mendalami makna mendalamnya, mereka masih tetap dapat melafalkannya berulang-ulang. Banyak praktisi juga berdoa dengan sungguh-sungguh agar mereka segera menangkap makna mendalam dari sutra ini.
Ada juga orang-orang yang tidak memiliki kesempatan untuk membaca sehingga mereka mengatasi penghalangnya dengan mendengar ajaran ini dari orang lain yang melafalkan naskah tersebut kepada mereka melalui transmisi lisan. Terlepas dari ketidakmampuan mereka untuk membaca, mereka tetap bertekad untuk mempraktikkan sutra agung ini, berdoa agar mereka segera memperoleh akses pada makna terdalamnya. Dengan cara inilah, sutra ini dipelajari oleh semua kalangan.
Mempraktikkan sutra ini akan menghasilkan manfaat yang tak terbatas – manfaat tertingginya adalah pencapaian pencerahan. Namun, bila kita lebih merujuk ke manfaat sementaranya, sesungguhnya dengan hanya melafalkansutra tersebut, meskipun Anda tidak terlalu paham maknanya, aktivitas tersebut akan membantu Anda menghilangkan berbagai penghalang batin dan
mempurifikasi diri Anda sendiri dari banyak kesalahan. Aktivitas itu juga dapat membantu mengatasi berbagai penghalang, apakah itu penghalang pribadi maupun masalah yang dihadapi negara Anda. Misalnya, untuk menyelesaikan masalah seperti banjir, kelaparan, atau badai, kadang sutra tersebut seringkali dibaca di berbagai belahan tempat di Tibet.
Pelafalan sutra ini juga merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kebajikan Anda. Saya memiliki pengalaman pribadi dari manfaat langsung membaca sutra ini. Pada suatu saat ketika saya sedang berdiam di Biara Dagpo di Tibet, terjadi kebakaran besar di bukit pegunungan. Pada waktu itu dan mungkin hingga sekarang, terutama di pedesaan, tidak ada petugas pemadam kebakaran maupun perlengkapan untuk memadamkan api. Oleh karena itu, semua orang berlarian ke dalam biara dan memohon kepada para biksu untuk melafalkan Sutra Intisari Penyempurnaan Kebijaksanaan. Kondisi biara pada saat itu memiliki 700 biksu. Di antara pesamuhan sangha ini, ada beberapa orang yang telah merealisasikan secara langsung makna dari sutra tersebut dan beberapa yang lain memiliki pemahaman yang sangat baik meskipun mereka belum sepenuhnya merealisasikannya. Seluruh anggota biara melafalkan sutra tersebut secara bersama-sama selama tiga kali. Di akhir bagian tambahan ketika para biksu menepuk tangannya tiga kali, saya melihat dengan mata kepala sendiri bahwa di akhir tepukan yang ketiga, kobaran api di bukit pegunungan tersebut mulai meredup.
Sungguh sangat menolong bila kita melafalkan sutra untuk kepentingan orang yang sedang sakit, yang sedang diganggu oleh makhluk halus, ataupun yang sedang menghadapi berbagai jenis masalah, karena kekuatan sutra ini sangatlah besar. Namun demikian, alasan utama mengapa mereka yang memiliki kecenderungan Mahayana tertarik dengan sutra ini dan bertekad untuk mempraktikkannya, adalah dikarenakan mereka memiliki keinginan yang kuat untuk mencapai pencerahan demi kepentingan semua makhluk; dan tidak ada cara lain untuk mencapai tujuan altruistik tersebut selain dengan merealisasikan penyempurnaan kebijaksanaan di dalam dirinya.