Tips Melafalkan Mantram Guru

  • October 5, 2018

Pernahkah Anda menghitung sebanyak apa pikiran Anda yang bersifat bajik dalam sehari?

Kalau kita ingat-ingat seperti apa kondisi batin kita dalam aktivitas sehari-hari, kita akan menemukan bahwa batin kita lebih banyak bersifat netral atau bahkan negatif dibanding bajik. Makan ya sekedar makan, tidur ya sekedar tidur, kerja ya sekedar kerja. Bahkan tindakan kita yang netral sangat rawan bergeser menjadi tak bajik, Misalnya saat makan dengan batin yang biasa-biasa saja, lauk favorit kita habis. Dari kondisi batin yang netral, terbitlah sebersit klesha keserakahan yang membuat kita berpikir, “Kok dikasih lauknya dikit banget, sih?”

Ada satu metode yang diajarkan oleh para Buddha dan guru spiritual sejak zaman dahulu kala untuk melindungi kita dari kecenderungan munculnya pikiran tak bajik seperti di atas. Metode itu adalah melafalkan mantram.

Apa itu “mantram”?

Dalam bahasa sansekerta, man adalah kependekan dari manas yang berarti batin sementara tra artinya menolong atau melindungi. Jadi secara harfiah, “mantra” berarti “melindungi batin”. Mantram adalah frase atau suku kata yang dilafalkan terus-menerus untuk membantu batin fokus pada objek yang bajik sekaligus melindungi batin dari pikiran negatif.

Melafalkan mantram buat apa?

Ketika melafalkan istadewata tertentu, kita sesungguhnya sedang menarik berkah dan inspirasi dari mereka. Misalnya ketika melafalkan mantram Awalokiteshwara, otomatis kita akan mengingat welas asih beliau yang tak terkira. Ketika kita fokus pada kualitas tersebut selama pelafalan, maka kita akan mengumpulkan kebajikan dengan berkonsentrasi pada objek bajik (yaitu welas asih). Kualitas welas asih itu pun lama-kelamaan akan tumbuh dalam diri kita. Sama halnya dengan mantram guru. Guru spiritual adalah perwujudan semua Buddha. Oleh karena itu, kualitas dan kebaikan hati seorang guru spiritual juga sama dengan semua Buddha. Saat melafalkan mantram guru, otomatis kita akan menanamkan benih kualitas-kualitas beliau dalam diri kita. Dengan demikian, kita juga semakin dekat dengan kesempurnaan para Buddha dan bisa menjadi diri yang lebih baik.

Ketika melafalkan mantram, kita mengeluarkan suara terus-menerus. Ini membantu kita membuat napas dan energi dalam tubuh kita menjadi lebih teratur. Dengan demikian, kita bisa menjadi lebih tenang dan pikiran menjadi lebih tajam. Mantram juga membantu kita fokus pada kondisi batin yang bajik, seperti cinta kasih dan welas asih. Lebih jauh lagi, mantram membantu kita menyelaraskan tubuh, ucapan, dan pikiran. Bagi praktisi pada tingkatan yang lebih tinggi, mantram membantu mencapai tingkatan batin paling halus dan berfokus pada sunyata sehingga mendekatkan praktisi tersebut menuju pencapaian Kebuddhaan demi semua makhluk.

Bagaimana cara melafalkan mantram?

Mantram bisa dilafalkan dengan berbagai cara–dengan keras, dengan lembut, maupun hanya di dalam hati. Dalam praktik tertentu, ada pula anjuran untuk membayangkan huruf-huruf mantram muncul dalam diri kita dan mengeluarkan suara melalui mulut kita alih-alih kita yang sengaja mengucapkannya. Cara apapun yang kita pilih, usahakan bibir kita bergerak mengikuti bentuk pelafalan suku kata mantram. Lafalkan dengan suara pelan, cukup untuk kita dengarkan sendiri.

Pelafalan mantram juga harus dilakukan dengan visualisasi dan perenungan yang tepat. Untuk pelafalan mantram guru, kita harus terus ingat motivasi utama melafalkan mantram, yaitu untuk umur panjang guru, terwujudnya semua aspirasi beliau, serta pencapaian kemajuan spiritual. Kita juga harus senantiasa mengingat kehadiran guru spiritual bersama kita. Dalam tradisi Lamrim, kita sudah memohon guru spiritual untuk hadir di atas kepala kita selama sesi meditasi, kemudian melarutkan sosok guru di jantung hati di akhir sesi meditasi. Oleh karena itu, selama sadari kehadiran guru spiritual di atas kepala atau di jantung hati kita. Kita juga harus membangkitkan keyakinan terhadap guru spiritual dan meningat kebaikan-kebaikan beliau dalam setiap pelafalan. Sadari juga bahwa mantram pada dasarnya merupakan ucapan Buddha yang mengandung esensi dari kebijaksanaan, welas asih, dan kekuatan semua Buddha.

Melafalkan mantram adalah cara jitu untuk melindungi kita dari batin tak bajik dan mengumpulkan kualitas-kualitas positif bagi diri kita. Melafalkan mantram guru dengan motivasi dan perenungan yang tepat juga merupakan bentuk bakti kepada guru yang menyebabkan umur panjang guru dan membawa berbagai manfaat. Jadi, tunggu apa lagi? Segera praktikkan dan rasakan manfaatnya!

===

Pelafalan 8.888.888 Mantram Guru adalah salah satu dari 10 Butir Persembahan untuk Cipta, Karsa, dan Karya Dagpo Rinpoche di Nusantara, persembahan dari keluarga besar Kadam Choeling Indonesia.

Penghitungan bajik akumulasi Mantra Guru dimulai pada 31 Agustus 2018 sampai dengan 31 Maret 2019

Dengan alokasi
3 mala/hari/orang
Bersama-sama kita menggalang energi positif sebanyak 8.888.888 kali pelafalan yang dirangkai menjadi
UNTAIAN MANTRA GURU SUWARNADWIPA
Om Ah Vajraguru Sumati Manjushri Maitreya Samudra Sribhadra Sarvasiddhi Hum Hum

Mantra Nama Guru tersebut disarikan dari nama Guru Dagpo Rinpoche. Teknik melafalkan mantra adalah metode pelindung batin dari segala bentuk marabahaya dan klesha, sekaligus akumulasi kebajikan yang akan berbuah dalam bentuk tertinggi berupa pencerahan lengkap sempurna melalui teknik yang disebut penyatuan dengan batin Buddha.

Secara khusus, Mantra Guru ini memiliki koneksi kuat dengan Nusantara. Keluarga besar KCI se-Nusantara akan mengaktifkan koneksi tersebut melalui akumulasi energi positif.

Bagi Anda yang belum berpartisipasi, segera daftarkan diri Anda ke Call center KCI (0815-7321-0000) atau Pusat-pusat Dharma KCI melalui Gubernur masing-masing wilayah dan dapatkan support system melalui semangat komunitas untuk menggalang energi positif.

Sumber: https://studybuddhism.com/en/advanced-studies/vajrayana/tantra-theory/recitation-of-mantras