12 Mata Rantai yang Saling Bergantungan Bagian II

12 Mata Rantai yang Saling Bergantungan Bagian II

  • April 2, 2012

Ketika kilesha bangkit dalam batin Anda, apakah itu kemelekatan, kemarahan, dan sebagainya, paling tidak Anda harus berusaha mengendalikan perilaku. Jika Anda tidak dapat mengendalikan pikiran, paling tidak berusahalah untuk menutup mulut dan tidak mengatakan apa pun yang dimotivasi oleh kemarahan. Kalau gagal, berarti Anda menumpuk satu ketidakbajikan lagi ke atas ketidakbajikan lainnya, yang semakin memperparah keadaan.

 

Ada sebagian orang yang berpendapat bahwa ketika kita tidak membalas dengan apa yang kita pikirkan kepada orang lain ketika kita dibuat marah atau disakiti, maka itu adalah sikap yang munafik. Kacamata Buddhis melihat pandangan itu sebagai sesuatu yang sepenuhnya tidak masuk akal. Ketika Anda membalas, maka hal sebaliknya yang akan terjadi – tindakan tersebut akan membuat segalanya lebih buruk, baik bagi orang lain maupun Anda sendiri. Ketika berbicara karena didorong kemarahan, itu berarti Anda menambahkan ketidakbajikan ucapan di atas ketidakbajikan mental.

 

Strateginya adalah—ketika batin Anda berada di bawah pengaruh salah satu kilesha, setidak-tidaknya berusahalah untuk menghindari berperilaku di bawah pengaruh mental pengganggu tersebut.

 

Kita lihat kembali ketiga kelompok di dalam sepuluh ketidakbajikan, yakni ketidakbajikan fisik, ucapan, dan mental. Tadi kita perhatikan ada tingkatan atau level kekasaran. Ketidakbajikan fisik adalah yang paling kasar, yang ucapan lebih halus, dan ketidakbajikan mental bahkan lebih halus lagi. Karena itu, boleh dibilang, dari ketiganya, ketidakbajikan mental paling mudah kita lakukan.

 

Karena ketidakbajikan ucapan kurang halus dibandingkan mental, maka kita lebih jarang melakukannya dan lebih sering melakukan ketidakbajikan mental. Bahkan sebelum kita menyadarinya, ketidakbajikan mental dengan mudah muncul dalam diri kita. Namun, ketidakbajikan ucapan juga bisa menjadi sangat sering.

 

Tanpa sadar kita juga sangat mudah berbohong. Ucapan memecah belah (mengatakan sesuatu dengan niat untuk menyebabkan perpecahan dalam hubungan) mungkin tidak begitu sering terjadi. Ucapan kejam (mengatakan sesuatu dengan niat menyakiti orang lain) sangat mudah terjadi dan bisa menjadi sangat negatif dan penuh dosa kalau dilakukan. Meskipun omong kosong tidak senegatif atau seserius itu, tapi ini bisa sangat sering terjadi. Bergantung pada masing-masing orang. Ada yang lebih mudah berbohong daripada mengucapkan kata-kata kasar. Tiap orang berbeda-beda.

 

* * * * *

 

Disampaikan pada tanggal 16-19 Desember 2010
di Dharma Center Kadam Tashi Choe Ling, Malaysia

 

Diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Tenzin Tringyal
Penyelaras akhir oleh Candri Jayawardhani