Bulan Bajik KCI: Sambut Waisak dengan Bermodalkan Kebajikan

  • May 30, 2018

Salam kebajikan! Demikian sebuah bentuk salam baru yang beberapa waktu belakangan ini sering dipakai di ranah publik. Tapi, apa yang dimaksud dengan kebajikan? Bagaimana mendefinisikan sebuah tindakan sebagai ‘baik’ atau ‘tak baik’?

Situs www.kbbi.web.id mencantumkan arti bajik atau kebajikan sebagai sesuatu yang mendatangkan kebaikan (keselamatan, keberuntungan, dan sebagainya). Hal itu senada dengan ajaran buddhis. Di buddhis, sebuah tindakan disebut bajik dan tak bajik merujuk pada prinsip-prinsip hukum sebab-akibat atau karma. Sederhananya, setiap tindakan yang membuahkan hasilnya dalam bentuk kebahagiaan adalah tindakan bajik. Sebaliknya, apa pun bentuk tindakan yang membuahkan hasil berupa penderitaan maka itulah tindakan tak bajik.

Lebih lanjut, prinsip karma terkait dengan cara kerja batin menjelaskan bahwa karma terbentuk dalam faktor mental “niat” (Sanskerta: cetana), salah satu dari lima faktor mental yang senantiasa hadir di dalam batin seorang makhluk hidup. Sebuah tindakan disebut bajik atau tak bajik sudah bisa ditentukan pada saat munculnya niat di dalam batin. Maka dari itu, buddhis amat sangat menekankan pada motivasi.

Tahapan Jalan Menuju Pencerahan, intisari ajaran Buddha yang disusun oleh Atisha Dipamkara Srijnana, menyebutkan tiga motivasi yang dapat dicapai oleh semua makhluk. Ketiga motivasi tersebut adalah motivasi awal, motivasi menengah, dan motivasi agung. Ketiga tingkatan motivasi ini ditentukan dari seberapa besar cakupan tujuan kebahagiaan yang hendak dicapai berikut seberapa luas jumlah makhluk yang tercakup di dalamnya.

Pentingnya Kebajikan

Seberapa pentingnya kebajikan? Jawabnya tentu saja: penting sekali! Seluruh bentuk kebahagiaan yang dialami datangnya dari kebajikan. Berikutnya, dari mana datangnya kebajikan? Kebajikan datangnya dari kualitas-kualitas batin yang baik, yang diwujudkan dalam perbuatan atau tindak-tanduk seseorang. Contoh kualitas bajik adalah keyakinan, rasa bakti, kemurahan hati, kesabaran, cinta kasih, welas asih, dan sebagainya.

Salah satu kualitas bajik utama yang menghasilkan kebajikan adalah keyakinan. Ratnoka Dharani yang dikutip oleh Je Tsongkhapa dalam teks Risalah Agung Tahapan Jalan Menuju Pencerahan (Lamrim Chenmo) menyatakan:

KEYAKINAN adalah prasyarat bagi semua kualitas baik—
Yang melahirkan mereka, bagaikan seorang ibu,
Yang kemudian melindungi dan mengembangkannya.
Ia menghapuskan kebimbangan, membebaskanmu dari keempat sungai (ketidaktahuan, kemelekatan, nafsu keinginan, dan pandangan-pandangan salah) dan menempatkanmu dalam kota makmur kebahagiaan dan kebaikan.
KEYAKINAN memotong kemurungan dan menjernihkan batin,
Ia melenyapkan kesombongan dan merupakan akar dari rasa hormat.
Ia adalah permata dan harta karun
Seperti tangan, ia adalah dasar untuk menghimpun kebajikan
Ia merupakan kaki terbaik untuk berjalan menuju pembebasan.

Untuk mengumpulkan kebajikan, keyakinan yang bisa dibangkitkan adalah keyakinan kepada Guru spiritual dan Triratna. Di bulan bajik yang penuh berkah menyambut Trisuci Waisak, kita bisa membangkitkan keyakinan kepada Triratna, yaitu Buddha, Dharma, dan Sangha. Dengan keyakinan, kita bisa mengisi Bulan Bajik Waisak dengan tujuh program yang telah disiapkan oleh Dewan Gubernur KCI.

****

Bulan Bajik Kadam Choeling Indonesia

Berikut adalah tujuh program kebajikan yang bisa dilakukan selama Bulan Bajik menyambut Waisak.

1. Atthasila Mahayana selama 14 hari

Sebab utama untuk memperoleh kemuliaan terlahir sebagai manusia adalah praktik Sila. Praktik Sila adalah praktik yang sangat penting, yang menjadi fondasi untuk menghimpun kebajikan besar serta memperoleh kualitas kebijaksanaan (prajna). Disebutkan bahwa dalam masa kemerosotan, menjaga dengan baik satu sila saja pun akan menghasilkan kebajikan yang sangat luar biasa besarnya. Apalagi ada delapan sila dalam praktik Sila Mahayana Uposattha. Menu utama Bulan Bajik KCI adalah Atthasila selama 14 hari berturut-turut. Praktik Atthasila bukan semata-mata puasa makan, tapi ini adalah praktik menarik manfaat sepenuhnya dari kemuliaan terlahir sebagai manusia dengan kebebasan dan keberuntungan.

2. Membangkitkan Bodhicitta setiap pagi

Ketika murid Guru Atisha menanyakan cara membangkitkan batin pencerahan, Guru Atisha menjawab, “Setahap demi setahap.” Demikian penjelasan yang diberikan oleh Guru Dagpo Rinpoche ketika Beliau menjelaskan cara membangkitkan motivasi di hari pertama Retret Lamrim 2018 yang diadakan di Perancis pertengahan bulan lalu. Seperti yang sudah diketahui, Dagpo Rinpoche sangat menekankan pentingnya motivasi dan di dalam setiap sesi ajaran Beliau tak bosan-bosannya mengingatkan para pendengarnya untuk membangkitkan motivasi yang bajik. Motivasi bajik yang terunggul adalah batin pencerahan, yaitu aspirasi mencapai pencerahan lengkap sempurna demi semua makhluk. Untuk bisa membangkitkan aspirasi bodhicitta yang sesungguhnya, kita harus merenungkan poin-poin Tahapan Jalan dimulai dari bertumpu pada guru spiritual hingga aspirasi bodhicitta yang sesungguhnya. Membangkitkan motivasi di pagi hari sangatlah penting karena itu bisa menentukan warna batin kita sepanjang hari hingga nanti penutupan di malam hari. Ketika melakukan doa pagi (anak-anak KCI biasanya mengatakan “bikin PR”). Poin kedua ini bisa dilakukan setiap kali bikin PR dan pada bagian “Membangkitkan Bodhicitta,” bangkitkanlah motivasi ini dengan sekuat-kuatnya.

3. Membaca Sutra Hati (Heart Sutra) 10 kali setiap hari

Manfaat membaca Sutra Hati sangatlah besar sekali. Sutra Hati mengajarkan kualitas kebijaksanaan, sebuah kualitas batin yang terunggul yang dibutuhkan untuk mencapai pembebasan. Saat ini kita sebagai makhluk samsarik dikatakan sedang berputar-putar di dalam samsara dan harus mengalami penderitaan samsara dalam satu dan lain bentuk (ada banyak sekali penderitaan samsara). Alasan utamanya karena kita masih memiliki klesha yang mendorong kita untuk menciptakan karma-karma untuk terlahir kembali dan mengalami penderitaan samsara. Klesha bisa ditaklukkan dengan kebijaksanaan, yaitu pemahaman sunyata yang menembuskan ketidaktahuan yang mencengkeram adanya eksistensi yang bisa berdiri sendiri. Untuk mendapatkan manfaat tersebut, ketika melafalkan sutra ini, kita harus melakukannya dengan penuh keyakinan. Keyakinan bisa tumbuh kalau merenungkan kualitas-kualitas guru spiritual. Dagpo Rinpoche pernah menceritakan pengalaman pribadinya ketika masih menjadi biksu di Biara Dagpo di Tibet. Ketika itu terjadi kebakaran cukup besar di area dekat Biara dan orang-orang berdatangan untuk meminta bantuan kepada Biara Dagpo. Biksu-biksu Dagpo langsung berkumpul dan bersama-sama mereka melafalkan Sutra Hati. Rinpoche menceritakan bahwa ketika para biksu selesai membacakan Sutra dan melakukan ritual tepuk tangan untuk menghalau rintangan, Rinpoche melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa api yang berkobar serta-merta meredup sebelum akhirnya padam.

4. Membaca mantra Tara Putih untuk umur panjang Rinpoche (minimal 1 mala setiap hari)

Tara Putih adalah istadewata umur panjang yang dekat dengan tradisi Kadam. Adalah Arya Tara itu sendiri, dalam wujud Tara Putih, yang berjanji kepada Guru Dromtonpa untuk menjaga dan melindungi para praktisi Kadam. Oleh sebab itu, bagi para praktisi yang memiliki aspirasi murni untuk menjalankan praktik haruslah membangun kedekatan dengan Istadewata Tara Putih. Setiap tahun, Guru Dagpo Rinpoche memberikan inisiasi Tara Putih di Biara Dagpo di India, yang diselipkan di antara sesi transmisi dan pengajaran Lamrim, sebelum Beliau mengalami serangan jantung ringan pada bulan November 2015. Komunitas KCI melalui Bulan Bajik Waisak mempersembahkan pelafalan mantra Tara Putih yang didedikasikan sepenuhnya untuk umur panjang Rinpoche.

5. Dedikasikan kebajikan untuk KCI, Guru, dan Ajaran, setiap hari

Praktik dedikasi (Sanskerta: parinamana) adalah praktik yang sangat penting. Dengan dedikasi, kita mengamankan semua kebajikan yang telah dihimpun agar disalurkan pada pemenuhan tujuan yang hendak dicapai. Seperti brankas yang mengamankan barang-barang berharga agar tidak hilang oleh kelalaian sendiri maupun oleh pencuri, praktik dedikasi memastikan kebajikan yang sudah dihimpun tidak dihancurkan oleh klesha, utamanya klesha kemarahan. Kapan pun kita hendak melakukan kebajikan, pastikan itu lengkap mulai dari (1) motivasi, (2) tindakan itu sendiri, dan (3) dedikasi. Mendedikasikan kebajikan adalah salah satu dari tujuh praktik yang terkandung di dalam Doa Tujuh Bagian. Doa Tujuh Bagian adalah metode penghimpunan kebajikan yang sangat ampuh, baik itu yang terkandung di dalam Doa-doa Puja, Enam Praktik Pendahuluan (6PP), praktik-praktik Sadhana Istadewata, maupun Kangsho. Dedikasi bisa dilakukan setiap saat, dan di Bulan Bajik ini, kita melakukan dedikasi setiap hari.

6. Membaca Puja Tara (minimal 3 kali selama Bulan Bajik)

Tara Sang Pembebas adalah Istadewata penolong yang paling tangkas. Dalam ikonografi Beliau, Tara digambarkan dengan kaki kanan yang terjulur penanda Beliau siap menolong. Manfaat melakukan Puja Tara sangat banyak sekali. Secara umum, Puja Tara yang dilakukan dengan penuh keyakinan akan mampu mengabulkan doa-doa permohonan yang ditujukan kepada Tara. Secara khusus, Puja Tara bisa memberikan pertolongan bagi yang membutuhkan dalam waktu singkat. Manfaat lengkap melakukan Puja Tara bisa dibaca setiap kali selesai melakukan praktik ini. Doa Puja Tara tercantum di dalam Kidung Manggala Bhakti (Buku Kidung) terbitan Kadam Choeling Indonesia.

7. Pengakuan terhadap 35 Buddha minimal 9 set (@35 kali namaskara) selama Bulan Bajik

Setelah menghimpun kebajikan dan mengamankannya dengan praktik dedikasi, penting sekali memurnikan diri dari karma-karma buruk. Sebagai contoh, praktik menjalankan Atthasila Mahayana akan menghimpun kebajikan yang sangat besar dan di malam hari kita harus melakukan praktik dedikasi. Namun, dalam keseharian bisa jadi ada kesalahan-kesalahan akibat kecerobohan dan kurang berhati-hati. Untuk mengatasi karma buruk yang terkumpul akibat kesalahan, kita melakukan praktik namaskara kepada 35 Buddha Pengakuan.

*******

Mengutip pesan Suhu Bhadra Ruci selaku Sekjen KASI: “Maraknya kekerasan yang belakangan terjadi hendaknya memacu setiap individu untuk kembali menyelami batin sendiri alih-alih berusaha meraih kebahagiaan surgawi dengan jalan pintas.”

Bersama-sama kita sambut trisuci Waisak dengan modal kebajikan. Dengan kebajikan, tujuan apa pun yang diinginkan akan bisa tercapai. Sarwa manggalam.