Istilah yang digunakan Jey Rinpoche dalam Lamrim karya Beliau untuk menyebutkan bagian mengenai cara “bertumpu pada seorang guru spiritual” sangatlah penting. Beliau menjelaskan bagian yang berhubungan dengan seorang guru spiritual sebagai akar atau dasar dari sang jalan. Mengapa dijelaskan dengan cara demikian? Karena semua kualitas bertahap yang Anda raih, apakah kualitas pengetahuan maupun realisasi spiritual, muncul hanya pada kondisi dimana Anda mengikuti atau bertumpu dengan benar pada seorang guru spiritual. Jika Anda bertumpu dengan benar pada seorang guru spiritual, Anda akan meraih berbagai kualitas dan pencapaian ini. Yang berarti, jika Anda tidak bertumpu pada guru spiritual dengan benar, maka Anda tidak akan mendapatkan pencapaian-pencapaian tersebut.
Pertama-tama, Anda harus memahami apa yang dimaksud dengan ‘bertumpu pada seorang guru spiritual.’ Ada dua cara dalam melakukannya:
1. Dalam pikiran, berkaitan dengan sikap-sikap yang Anda latih
terhadap guru spiritual Anda
2. Dalam perbuatan, berkaitan dengan tingkah laku Anda
terhadap guru spiritual
Bertumpu pada seorang guru spiritual dalam pikiran intinya terdiri dari pertama-tama, membangkitkan keyakinan yang sangat kuat padanya, keyakinan yang berdasarkan pada kesadaran akan kualitasnya; dan kedua, membangkitkan penghargaan dan penghormatan padanya berdasarkan atas kebaikannya yang sangat besar pada Anda. Inilah dua cara yang inti. Jika Anda sanggup meraih dua kualitas keyakinan dan penghormatan ini, maka kualitas selanjutnya akan muncul dalam diri Anda dengan mudah.
Berkaitan dengan poin pertama, semakin banyak Anda melihat kualitas baik dalam guru spiritual Anda, semakin besar manfaat yang akan Anda dapatkan dari praktek Anda. Di sisi lain, melihat kesalahannya adalah sikap yang sangat berbahaya. Lain ceritanya jika guru spiritual Anda adalah Buddha yang sesungguhnya, karena seorang Buddha hanya memiliki kualitas-kualitas baik dan tidak memiliki cela. Jika guru Anda bukan seorang Buddha, maka pastilah
dia memiliki kualitas baik berikut kesalahan/ketidaksempurnaan. Namun, apabila Anda sanggup melihat hanya kualitas baiknya, maka Anda akan menarik manfaat besar darinya.
Di sisi lain, jika Anda melihat kesalahannya, maka Anda yang rugi. Tentu saja seorang Buddha secara definisi adalah sosok yang sempurna, dalam artian Beliau sempurna dalam semua kualitas baik dan sepenuhnya bebas dari semua ketidaksempurnaan atau kesalahan. Namun, meskipun guru Anda adalah seorang Buddha, tidak ada jaminan bahwa Anda sanggup melihatnya demikian, tanpa kesalahan. Anggaplah guru spiritual Anda bukanlah seorang Buddha, dan karenanya memiliki kualitas bajik maupun buruk. Meski demikian, jika Anda sanggup melatih diri hanya melihat kualitas baiknya dan mengesampingkan apa yang kelihatannya menjadi kualitas buruknya, maka perlahan tapi pasti Anda akan semakin dekat untuk melihat guru Anda sebagai seorang Buddha.
Pada akhirnya, Anda hanya akan melihat kesempurnaan dalam dirinya dan mengetahui bahwa guru Anda benar-benar seorang Buddha. Sekali lagi, tetap anggaplah guru Anda bukanlah seorang Buddha yang artinya Beliau mungkin bisa memiliki kesalahan-kesalahan kecil. Jika Anda menaruh perhatian besar pada kesalahan-kesalahan yang kecil dan tak penting ini, maka persepsi Anda akan kesalahan tersebut akan menjadi kuat dan semakin kuat sampai Anda hanya akan melihat kesalahan dalam dirinya.
Karena Anda adalah buddhis, tentu Anda menganggap Buddha adalah seorang makhluk yang sempurna, bebas dari kesalahan dan ketidaksempurnaan. Oleh karena itu, dengan melihat guru sebagai Buddha, secara alami Anda hanya akan melihat kesempurnaan dalam dirinya. Jika Anda dapat melihat guru Anda sebagai seorang Buddha, Anda akan secara alami dan otomatis melihatnya sebagai makhluk yang sempurna. Anda hanya akan melihat kualitas baik, bukannya mencari-cari ketidaksempurnaan apa pun di dalam dirinya. Jey Rinpoche (Jey Tsongkhapa) yang menjelaskan hal ini dalam karyanya: Risalah Agung Tahapan Jalan Menuju Pencerahan.