Prinsip-prinsip Karma dan Akibatnya, Bagian II

Prinsip-prinsip Karma dan Akibatnya, Bagian II

  • September 2, 2013

Seorang manusia yang kelihatannya statis tapi sebenarnya setiap saat melakukan tindakan fisik, ucapan, dan mental yang berbeda-beda dan senantiasa berubah. Melalui perenungan, kesalahan pada tindakan fisik dan ucapan bisa dihentikan, tapi tidak demikian halnya untuk tindakan mental. Oleh sebab itu, jawaban yang diberikan tidak memuaskan tapi justru semakin membingungkan.

Tindakan fisik dan ucapan dilatari oleh faktor mental, yaitu faktor mental “niat” yang senantiasa hadir di dalam batin seseorang. Niat ini mendorong seseorang untuk melakukan tindakan fisik dan ucapan yang tergolong tidak bajik. Kalau sampai tindakan fisik dan ucapan tak bajik terlanjur dilakukan, berarti sudah telat untuk dicegah. Jangan campur adukkan faktor mental niat dengan motivasi sebelum melakukan sebuah tindakan. Di antara faktor mental yang senantiasa hadir, ada satu faktor mental yang disebut “niat” dan hanya bisa disadari melalui perenungan.

Akan sangat baik sekali kalau Anda memiliki sedikit waktu untuk merenung tapi kelihatannya kita sudah hampir kehabisan waktu. Jadi, kita harus melanjutkan penjelasan. Tadi sudah sekilas disinggung tentang niat yang merupakan karma tapi bukan jalan karma. Niat di sini bukan merujuk pada faktor mental “niat” yang hadir pada setiap tahapan, tapi niat di balik sebuah perbuatan, bukan perbuatannya sendiri. Kalau kita letakkan pada konteks yaitu pembagian berdasarkan basis, pemikiran di balik tindakan, tindakannya sendiri, dan penyelesaian, maka pada pemikiran di balik tindakan terdiri dari identifikasi, motivasi atau klesha. Motivasi di sini merujuk pada faktor mental niat, yaitu kehendak untuk melakukan perbuatan, yang muncul sebelum melakukan suatu perbuatan. Niat ini adalah karma karena niat atau kehendak selalu merupakan karma, tapi bukan merupakan jalan karma. Motivasi merujuk pada niat, atau karma, tapi bukan jalan karma.

Tujuh jalan karma hitam yang bukan hanya karma tapi juga merupakan jalan karma merujuk pada faktor mental “niat” ketika seseorang sedang membunuh, mencuri, melakukan tindakan seksual tidak pantas, berbohong, mengucapkan kata-kata yang memecah-belah, mengucapkan kata-kata kasar, dan melontarkan kata-kata tak bermakna. Faktor mental “niat” yang terjadi pada saat tersebut merupakan karma sekaligus jalan karma.

Ketiga tindakan mental tak bajik, yaitu keserakahan, niat jahat, dan pandangan salah merupakan jalan karma, tapi bukan karma. Mengapa mereka bukan karma? Karena mereka masuk kategori klesha, yang merupakan faktor mental yang berbeda dari faktor mental “niat.”

Terkait penjelasan tentang jalan karma, “jalan” di sini merupakan pada jalan, tapi karma merujuk pada apa? Apakah merujuk pada semua jenis karma? Atau hanya karma jenis tertentu? Saya akan berikan kesempatan kepada Anda semua untuk memikirkan hal ini dan kita lanjut pada penjelasan berikutnya.

 

Transkrip lengkap dalam bentuk PDF dapat diunduh pada tautan di atas.

 

* * * * *

 

Dibabarkan oleh :
Yang Mulia Dagpo Rinpoche

 

Disampaikan pada tanggal 21 – 24 Februari 2013
di Biezenmortel, Belanda

 

Diterjemahkan dari bahasa Tibet ke bahasa Inggris
oleh : Rosemary Patton

 

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia
oleh : Candri Jayawardhani

 

Transkrip Bahasa Indonesia : Candri Jayawardhani
Perancang Sampul : Heriyanto
Penata Letak : Heriyanto