Hidup Bukan Hanya Perkara AKU Saja

  • December 11, 2017

Apakah pernah kita perhatikan bahwa dalam sehari kita telah berinteraksi dengan berapa banyak orang? Tapi coba kita cermati bersama apakah betul kita hidup dengan mereka? Atau mereka hanya sebuah boneka ataupun pajangan, atau lebih kasarnya adalah “alat” yang tidak perlu kita anggap atau yg hanya kita perhatikan ketika kita butuh.

Kita pikir dunia ini kok rempong banget ya. Banyak peraturan ini itu. Ada undang-undang negara, ada norma etika, ada nilai-nilai kepatutan. Loh kenapa sih, kan segala sesuatu dinilai dari motivasinya. Kalo motivasinya baik kan gak apa-apa kalau melanggar misalnya etika. Kalau bisa memiliki motivasi baik dan juga tidak melanggar etika, bukankah itu lebih baik?

Terserah saya donk, saya mau melakukan hal ini dengan cara saya yang penting kan saya gak ada niat jahat kok. Kok orang-orang banyak protes, banyak komentar.

Saya mau berangkat kerja pake baju belel, rambut tidak disisir. So what? Tidak akan mempengaruhi isi presentasi saya di kantor, saya tetap bisa menjelaskan dengan baik. Saya merasa sreg curhat sama dia, ya setiap hari sih saya suka curhat ke dia, saya cocoknya nanya-nanya sama dia, tapi dia sudah beristri. Ya gak apa apa donk. Kan saya gak ada niat buruk untuk merebut suami orang. Kenapa sih orang negatif aja memandangnya?

Saya mau boros air, boros listrik, buang makanan, ya gak apa-apa juga toh. Lah saya kan bayar. Saya kan tidak mencuri. Memang betul, tetapi apakah kita pernah mempertimbangkan orang lain, bagaimana tentang ketersediaan sumber daya alam bagi orang lain?

Kita hidup didunia ini bukan seorang diri. Bukan jg berdua sama suami/istri/orang yang kita sayangi. Kalau di dunia ini isinya cuma 1 atau 2 orang ya tidak apa. Kan ini isinya banyak orang. Jadi berarti kita tetap harus mempertimbangkan orang lain. Apakah tindakan itu patut atau tidak patut? Apakah tindakan itu akan menyakiti orang lain atau tidak? Apakah tindakan ini akan merugikan orang lain secara langsung maupun tidak langsung?

Wah repot…emangnya bisa membuat semua orang senang, semua orang setuju dengan apa yang saya lakukan? Ya tidak mungkin. Minimal kita harus berusaha memikirkan kepentingan yang lebih besar, meminimalisir menyakiti perasaan orang lain. Kita hidup dalam komunitas, dalam masyarakat. Dunia ini bukan milik aku dan dunia ini juga bukan milik aku dan dia. Dunia ini milik kita bersama. Bagaimana mungkin kita tidak mempertimbangkan orang lain? Kita hidup dan saling bergantung dengan mereka.

Oleh : Gandharika Jayawardhani