JADILAH UMAT BUDDHA ABAD 21, NASIHAT YANG MAHA SUCI DALAI LAMA XIV UNTUK UMAT BUDDHA INDONESIA

  • October 14, 2018

Hari Kamis, 11 Oktober 2018, merupakan hari yang amat beruntung bagi umat Buddha Indonesia. Pada hari tersebut, rombongan keluarga besar Kadam Choeling Indonesia yang hendak menghadiri transmisi dan pengajaran Dharma dari Yang Mulia Dagpo Rinpoche di Biara Dagpo, India, mendapat kesempatan untuk audiensi dengan Yang Maha Suci Dalai Lama XIV di kediaman Beliau di Biara Namgyel, Dharamshala, India. Tidak hanya itu, Y.M.S. Dalai Lama XIV juga meluangkan waktu untuk memberikan sepatah-dua patah nasihat untuk umat Buddha Indonesia.

Y.M.S. Dalai Lama XIV mengatakan bahwa Buddhadharma pernah berkembang sangat pesat di Indonesia, buktinya adalah keberadaan Candi Borobudur. Guru Atisha menempuh perjalanan 18 bulan ke Pulau Sumatra untuk berguru kepada Guru Suwarnadwipa Dharmakirti sebelum akhirnya mengajar di Tibet. Oleh karena itu, bangsa Tibet memiliki kedekatan dengan Indonesia.

Y.M.S. Dalai Lama XIV mengatakan bahwa agama itu ibarat obat. Tidak ada satu obat yang terbaik untuk semua orang, melainkan bergantung pada masing-masing pasien. Ada orang yang paling cocok dengan agama Kristiani, ada yang paling cocok dengan agama Buddha, dan sebagainya. Y.M.S. Dalai Lama XIV menyampaikan rasa sedih atas adanya konflik antar umat beragama di dunia. Contoh yang beliau ambil adalah konflik antara umat Islam Sunni dan Syiah yang terjadi di negara-negara Arab. Sungguh menyedihkan melihat orang-orang yang memiliki Allah yang sama, kitab suci yang sama, melakukan ibadah yang sama saling membunuh dan menyakiti hanya karena sedikit perbedaan. Berbeda dengan umat Islam di India, mereka memiliki pikiran yang lebih terbuka karena terbiasa hidup harmonis dengan orang-orang dengan beragam keyakinan; ada yang Hindu, Jain, Buddhis, dan sebagainya. Umat Islam di India akan mengadakan konferensi untuk merundingkan tindakan yang bisa diambil untuk mewujudkan perdamaian antar umat Islam. Y.M.S. Dalai Lama berharap konferensi serupa juga bisa diselenggarakan di tingkat internasional. Beliau menambahkan bahwa Indonesia sebagai negara yang plural dengan mayoritas penduduk Muslim juga bertanggung jawab untuk mempromosikan keharmonisan antar umat beragama.

Y.M.S. Dalai Lama XIV juga menjelaskan tentang pentingnya berbagai tradisi Buddhis. Beliau mengingatkan bahwa tradisi Pali yang mencakup kata-kata langsung Sang Buddha amatlah penting karena merupakan dasar dari Buddhadharma. Tradisi Sansekerta yang juga dikenal sebagai tradisi Nalanda juga amat penting karena merupakan perwujudan dari instruksi Buddha untuk mengembangkan ajaran melalui penalaran. Buddha sendiri mengajarkan bahwa kita tidak boleh menelan kata-kata Beliau atas dasar keyakinan saja, tapi juga setelah melalui investigasi dan eksperimen. Prinsip inilah yang menjadi metode pembelajaran dan pengajaran Buddhadharma dalam tradisi Nalanda yang diikuti oleh Guru Suwarnadwipa Dharmakirti dan Guru Atisha yang kemudian diwariskan pula ke umat Buddha Indonesia dan Tibet. Y.M.S. Dalai Lama XIV secara khusus berpesan kepada rombongan KCI yang hadir pada hari itu untuk menjaga tradisi yang telah bertahan selama ribuan tahun ini selaku murid dari Dagpo Rinpoche dan Guru Suwarnadwipa.

Metode dari tradisi Nalanda yang mengutamakan penalaran ini amat relevan dengan masa kini dan juga diakui oleh ilmuwan-ilmuwan non-Buddhis. Buddhadharma menjelaskan bahwa seluruh permasalahan di dunia yang terjadi saat ini sesungguhnya berasal dari batin. Maka dari itu, Y.M.S. Dalai Lama XIV mengajak kita semua untuk menjadi umat Buddha abad 21, yaitu umat Buddha yang menghadapi berbagai permasalahan adalah dengan menggunakan penalaran untuk menghadapi berbagai emosi negatif seperti kemarahan, kemelekatan, dan sebagainya serta memperbanyak pemahaman tentang realita. Dengan cara ini, kita akan bisa membuat lingkungan kita menjadi lebih damai dan bahagia.

Y.M.S. Dalai Lama XIV juga menjelaskan bahwa tujuh milyar umat manusia di bumi ini tak mungkin bertahan hidup tanpa kasih sayang dari seorang ibu. Oleh karena itu, sifat dasar manusia adalah penuh cinta dan welas asih. Buktinya hampir semua agama di dunia mengajarkan cinta kasih. Para ilmuwan juga telah membuktikan bahwa welas asih merupakan sifat alami manusia.

Terakhir, Y.M.S. Dalai Lama XIV menyatakan bahwa Beliau pertama adalah seorang manusia, kedua seorang Buddhis, dan ketiga seorang Tibet. Demikian juga dengan kita semua, pertama adalah seorang manusia, kedua seorang Buddhis, dan ketiga orang Indonesia. Oleh karena itu, kita harus memenuhi kewajiban kita sebagai manusia, yaitu berbagi cinta dan kebahagiaan dengan semua makhluk mulai dari lingkungan kita sendiri.

Di akhir audiensi, Y.M.S. Dalai Lama XIV memberikan transmisi lisan beberapa mantram. Apabila kita sedang merasa marah atau tersinggung, kita bisa melafalkan mantram “Om Muni Muni Maha Muni Ye Swaha” atau “Om Mani Padme Hum”. Saat itu, kita juga bisa membayangkan Buddha duduk di pundak orang yang membuat kita marah. Dengan demikian, niscaya amarah kita akan berkurang. Untuk meningkatkan kecerdasan, kita bisa melafalkan “Om A Ra Pa Tsa Na Dhih”. Terakhir, Beliau memberikan mantram “Om Tare Tutare Ture Swaha” yang bisa dilafalkan saat kita sakit.

Saat ini dunia sedang bergejolak. Banyak permasalahan dan konflik, baik yang berasal dari manusia maupun yang tak terelakkan seperti bencana alam dan sebagainya. Untuk menghadapinya, mari mengikuti nasihat Y.M.S. Dalai Lama XIV untuk menjadi umat Buddha abad 21 yang menghadapi permasalahan tidak hanya dengan berdoa, tapi juga dengan penalaran, serta mengambil tanggung jawab bersama untuk mewujudkan kehidupan yang harmonis mulai dari lingkungan kita sendiri.

Oleh Karina Chandra