Kain Sarung Simbol Penghormatan Warisan Sriwijaya

  • March 15, 2019


14 Tahun Perjalanan KCI Memakai Sarung

Yi Jing melalui bukunya ‘Nanhai Ji Gui Neifa Zhuan’ yang menceritakan perjalanan beliau ke Indonesia menyebutkan bahwa Beliau sempat singgah persisnya sebanyak 3 kali di Shili Foshi dan menghabiskan waktu selama total 10 tahun di sana. Nama “Shili Foshi” diidentikkan dengan Kerajaan Sriwijaya di Pulau Sumatera berdasarkan petunjuk-petunjuk geografis dan astronomis yang ditinggalkan oleh Yi Jing, tepatnya di Palembang. Tentunya jangkauan kekuasaan Kerajaan Sriwijaya lebih luas dari itu, namun berdasarkan catatan Yi Jing, Palembang diyakini merupakan kota yang penting di Kerajaan Sriwijaya

Perjalanan Yi Jing sebanyak 3 kali ke Shili Foshi dapat dirangkum sebagai berikut:
1. Kapal Yi Jing singgah di Shili Foshi di tengah perjalanan ke India. Beliau menetap di sana selama enam bulan untuk mempelajari tata bahasa Sansekerta.
2. Yi Jing kembali mendarat di Shili Foshi sepulang dari India dan menetap untuk menerjemahkan teks yang Beliau bawa dari India. Namun, Yi Jing kemudian sempat pulang sebentar ke China untuk meminta stok kertas dan tinta sekaligus meminta dana untuk melanjutkan pekerjaanya.
3. Yi Jing kembali lagi ke Shili Foshi dan menetap selama tiga tahun untuk melanjutkan pembelajarannya dan menyelesaikan pekerjaan penerjemahan teks-teks Buddhis, baik yang berbahasa Sanskerta maupun Pali.

Dari Shili Foshi, pada tahun 692 Masehi, Yi Jing mengirim pulang catatannya ke Tiongkok. Catatan inilah yang dijadikan buku berjudul “Nanhai Ji Gui Neifa Zhuan”, artinya “Kiriman Catatan Praktik Buddhadharma dari Lautan Selatan”.

 

 

Beberapa fakta menarik yang bisa kita pelajari dari catatan Yi Jing adalah antara lain:
– Raja-raja dan penguasa Shili Foshi sangat mengagumi dan meyakini (ajaran Buddha), dan hati mereka bertekad melakukan tindakan-tindakan bajik;
– DI Shili Foshi terdapat ribuan biksu Buddhis yang belajar dan menjalankan tindakan bajik. Mereka menganalisis dan mempelajari semua mata pelajaran dan kitab-kitab PERSIS seperti yang dipelajari di India (Nalanda); tata cara dan upacaranya juga sama sekali tak berbeda;
– Terdapat sejumlah pengikut Mahayana di Shili Foshi;
– Hampir semua pengikut Buddha di Sumatera, Jawa dan pulau-pulau sekitarnya adalah mengikuti silsilah vinaya Arya-Mulasarvastivada-Nikaya, meskipun terdapat juga sebagian kecil yang tidak.
– Emas melimpah pada saat itu sehingga Yi Jing pernah menyebut Shili Foshi dengan kata ‘Pulau Emas’. Masyarakat biasanya mempersembahkan bunga teratai dari emas kepada Buddha dan mereka menggunakan kendi-kendi dari emas serta memiliki patung-patung dari emas;
Masyarakat Shili Foshi menggunakan sarung.

Poin terakhir yang diambil dari Catatan Yi Jing di atas merupakan salah satu bukti penggunaan kain sarung di Nusantara. Penduduk Sriwijaya yang mayoritas beragama Buddha ternyata sehari-hari menggunakan sarung.

Kadam Choeling Indonesia senantiasa menanamkan rasa cinta budaya bangsa, juga tetap mempertahankan warisan budaya leluhur ini. Tidak tanggung-tanggung, selama 14 tahun, KCI sudah menghimbau semua anggotanya untuk memakai sarung baik pada saat belajar Dharma maupun acara besar lainnya.

Lokāḥ Samastāḥ Sukhino Bhavantu,
Kadam Choeling Indonesia
Didukung oleh Manajemen Alur Hidup (Saṅgata Āyu Sandhi)