Studi, Merenung & Meditasi – Cara Je Tsongkhapa Mencapai Pencerahan

  • May 21, 2019

Je Tsongkhapa, Sang Yogi, telah mempraktikkan dengan cara ini. Engkau, yang menginginkan pembebasan, lakukanlah hal yang sama!

Ajaran Buddha sedemikian luas sehingga memenuhi kitab suci yang jumlahnya tidak terbatas. Hal ini dikarenakan Sang Buddha memiliki begitu banyak pengikut yang Beliau ajar pada banyak kesempatan dan tempat yang berbeda. Ajaran-ajaran beliau selalu diberikan sesuai dengan harapan, kecenderungan dan tingkatan pemahaman yang berbeda-beda dari para pendengar.

Kita harus memahami bahwa berkaitan dengan luasnya kumpulan ajaran-ajaran ini, ajaran-ajaran tersebut merupakan serangkaian instruksi yang konsisten, yang harus dipelajari dan dikuasai dan dipraktikkan oleh setiap orang jika ia ingin mencapai pencerahan. Hanya dengan mempraktikkan ajaran-ajaran tersebut dalam kehidupan kita sehari-hari, kita akan mampu mengatasi semua persoalan-persoalan dalam hidup dan mencapai ketenangan batin. Dengan merenungkan dan memeditasikan ajaran-ajaran yang lebih tinggi, kita juga akan semakin dekat dengan pencapaian pencerahan.

Ajaran-ajaran ini diteruskan oleh murid-murid Beliau, sampai ke pada satu masa jaya di India hingga pembelajaran Dharma memasuki suatu kondisi yang sangat sistematis di universitas Nalanda dan juga Vikramasila. Sistem pendidikan pada masa itu amat mementingkan pembelajaran, perenungan dan meditasi. Bahkan pada abad VII, seorang biksu terkenal dari Tiongkok, Xuan Zang, yang pergi ke India untuk mencari kitab-kitab dan ajaran Buddha yang murni, sempat belajar di Universitas Nalanda yang tersohor kala itu, dimana terdapat kurikulum Mahayana dan juga kedelapanbelas cabang ajaran Hinayana.

Dari Nalanda, ajaran tersebut kemudian tersebar ke berbagai penjuru dunia, termasuk ke negeri Tibet melalui aktivitas luar biasa Yang Mulia Atisha, yang kemudian melalui murid-murid dan penerus beliau meneruskan ajaran dan tradisi belajar, merenung dan meditasi sampai pada masa Yang Mulia Je Tsongkhapa.

Yang Mulia Je Tsongkhapa sejak usia sangat muda sudah ditahbiskan sebagai seorang sramanera. Pada usia tujuh tahun Beliau telah sangat intensif memperdalam pelajaran tentang Sutra dan Tantra. Beliau mengikuti banyak sekali guru-guru spiritual dan menjalani pembelajaran yang sungguh intensif dan juga mengikuti banyak sekali debat-debat dialektika maupun debat-debat filosofis. Dengan bertumpu pada guru-guru spiritual beliau dan dengan pembelajaran, perenungan dan meditasi yang sangat intensif tersebut beliau kemudian mengalami kemajuan yang sungguh pesat dalam perkembangan batin dan praktik. Ada suatu ketika selama puja besar, Je Tsongkhapa masuk dalam meditasi terpusat pada sifat alami ilusif dari semua fenomena.

Kemudian pada usia 24 tahun Beliau ditahbiskan menjadi seorang biksu dan semakin luas pula aktivitas bajik beliau, selain itu Beliau tetap banyak belajar dan pada saat yang bersamaan juga memberikan pengajaran-pengajaran secara ekstensif. Selama masa hidupnya, beliau sangat sering melakukan penyunyian, baik penyunyian pribadi maupun bersama guru spiritual ataupun murid-murid beliau.

Dikarenakan sangat pentingnya teks ataupun sumber ajaran yang baik dan terpercaya untuk pengembangan batin, kita juga seharusnya sangat berterimakasih pada Je Rinpoche dikarenakan beliau telah mempersembahkan teks atau sumber yang sangat baik untuk perkembangan batin seperti yang dijelaskan di bawah.

Pada usia 45 tahun, ketika beliau melakukan permohonan yang khusyuk di depan arca Yang Mulia Atisa Dipamkara, Guru Agung ini menampakkan diri di hadapannya dan Je Tsongkhapa melihat penampakan semua guru silsilah tradisi Lamrim, mulai dari Buddha Shakyamuni sampai dengan gurunya sendiri. Kemudian Beliau menggubah Risalah Agung Tahapan Jalan Menuju Pencerahan (Lamrim Chenmo) yang secara lengkap dan terperinci memaparkan tahapan demi tahapan yang menyarikan pokok-pokok ajaran kitab-kitab.

Karya ini membuat setiap pemikiran yang dimaksud dalam kitab-kitab dan ulasannya muncul secara jelas sebagai penyebab pencapaian Kebuddhaan. Mempertimbangkan berbagai tingkat kecerdasan semua makhluk dan beragam kapasitas mereka, Beliau menunjukkan bagaimana cara mempraktikkan berbagai topik ajaran, tahap demi tahap. Beliau juga mengembangkan latihan yang mudah dijalankan dan secara khusus ampuh untuk mendisiplinkan batin.

Seperti yang telah diajarkan oleh Sang Buddha dan guru-guru besar, dan terutama telah disarikan dalam Risalah Agung Tahapan Jalan Menuju Pencerahan bahwa dengan belajar, merenung dan meditasi, seseorang dapat mengalami kemajuan spiritual yang besar, maka dengan cara ini pulalah Je Rinpoche melatih diri selama hidup beliau, dengan selalu mencari ajaran-ajaran, bertumpu pada guru-guru spiritual beliau dengan sempurna, merenungkan ajaran dan selalu menyediakan waktu untuk melakukan penyunyian dalam melakukan pengumpulan kebajikan yang intensif dan juga melakukan meditasi analitis dan konsentrasi. Je Rinpoche bahkan tetap masuk dalam berbagai tahapan meditasi pada saat akan memasuki parinirwana. Di sebagian besar waktu, Beliau terserap dalam meditasi konsentrasi yang mendalam.

Seperti dokter yang telah memberikan kita obat-obatan dan penjelasan tentang obat tersebut untuk menyembuhkan penyakit kita, jika kita tidak mengkonsumsinya, bagaimana kita dapat sembuh dari penyakit tersebut? Demikian juga setelah kita memperoleh ajaran Dharma, tetapi tidak pernah dipraktikkan melalui perenungan dan meditasi supaya ajaran tersebut mengakar pada perilaku kita, bagaimana kita bisa sembuh dari penyakit klesha kita dan dapat mencapai kemajuan batin?

Semakin ekstensif pembelajaran kita, semakin banyak topik yang dapat kita renungkan. Semakin banyak topik yang kita renungkan, semakin cepat kita dapat mengembangkan pengalaman meditasi. Beberapa orang mendengarkan ajaran secara ekstensif tetapi gagal untuk mempraktikkannya karena ajaran-ajaran tersebut tidak pernah masuk dalam batin tanpa melalui perenungan dan meditasi. Ada pepatah mengatakan bahwa sering mendengar tetapi jarang memeditasikan akan memperkeras seseorang terhadap Dharma. Jika kita tidak menindaklanjuti apa yang telah kita pelajari dengan perenungan dan meditasi yang terus menerus, ketika kita mendengarkan ajaran lagi, efek positif dari mendengarkan ini akan menjadi semakin melemah yang pada akhirnya tidak peduli sebanyak apapun kita sudah belajar, tidak akan membawa manfaat apapun pada batin.

Guru Dromtonpa, murid utama Guru Atisha dan pendiri silsilah Kadampa, mengatakan, “Ketika mendengarkan Dharma, aku meningkatkan perenungan dan meditasiku. Ketika merenungkan Dharma, aku meningkatkan kualitas mendengar dan meditasiku. Ketika memeditasikan Dharma, aku meningkatkan kualitas mendengar dan perenunganku.” Demikian seharusnya kita selalu melakukan ketiga hal tersebut secara berkesinambungan secara terus menerus.

Demikian praktik-praktik mendengarkan ajaran, merenungkan dan memeditasikan yang telah ditunjukkan oleh banyak guru spiritual terdahulu. Praktik ini sangat intensif terlihat pada kehidupan Je Rinpoche yang tidak pernah puas dalam belajar, merenungkan, dan memeditasikan ajaran. Beliau juga mengajarkan ajaran dan melakukan penyunyian untuk pengumpulan kebajikan dan kebijaksanaan dengan merenungkan dan memeditasikan semua ajaran-ajaran yang telah Beliau peroleh. Je Tsongkhapa menunjukkan bagaimana perkembangan batin yang sangat luar biasa dan bahkan pencapaian pencerahan pun dapat dicapai dengan cara ini. Oleh karena itu, sebaiknya kita para murid yang menginginkan kemajuan spiritual dan pencapaian Kebuddhaan dapat menjadikan metode ini sebagai praktik kita.

Oleh Yuyatdi Purwonegoro