[Manajemen Alur Hidup] Berani Menegur

  • June 2, 2016

“Mbak, cantik-cantik kok buang sampah main dilempar aja ke jalan.” Ini kejadian di angkot bersama mbak cantik.

“Adek-adek, ada ibu gendong anak kesusahan berdiri, kok kalian gak ada yang kasih duduk sih?” Ini lagi di busway Ragunan – Kuningan sore pulang kerja.

“Mas, mas, sebelum pergi jauh, tolong sampahnya jangan ditinggal di kursi, itu tempat sampah cuma 10 langkah.” Suami menegur mas yang lagi sama pacarnya di kebun binatang.

“Bu, ini kursi buat manusia duduk, bukan buat tas ibu. Boleh dipangku aja tasnya?” Ini lagi di ruang tunggu bandara yang kursinya banyak didudukin tas daripada didudukin manusia.

“Bu, antrinya mulai dari belakang bukan dari depan yah.” Di toilet wanita sebuah mall yang pengunjungnya rata-rata kelas menengah ke atas.

“Bapak, ibu, kalau mau nemenin anak balitanya ngobrol jangan di dalam bioskop sambil nonton Avengers.” Di dalam bioskop dengan jaringan terbesar di Indonesia.

“Bang, kalau narik ongkos penuh, anterin penumpang sampai ujung, bukan diturunin di jalan gini.” Di dalam kopaja tujuan Blok M tapi diturunin di dekat Trunojoyo.

“Bang, saya mau naik angkot abang tapi abang gak boleh merokok yah.” Saat hamil dan masih rajin naik angkot.

“Kak, jangan merokok boleh? Ini kan di dalam angkot bukan di dalam rumah sendiri.” Lagi-lagi di angkot.

“Bapak, jangan gesek-gesek anunya ke badan saya. Anu bapak kecil, ga berasa!” Di kereta, diucapkan dengan lantang oleh wanita pemberani dan dijawab dengan muka merah dan tampang salah tingkah si Bapak saat semua orang berpaling padanya.

Terkadang saat kita mengeluh orang-orang di sekitar kita sering seenaknya sendiri, saat kita berharap mereka “follow the rule” agar semuanya enak dan nyaman, tetapi kita hanya diam dan ngedumel sendiri, dan akhirnya menyadari mereka tetap begitu-begitu aja.

Mungkin sebaiknya kita mencolek sedikit keberanian yang sedang bersandar di dalam sana demi rasa nyaman buat kita dan orang lain. Mungkin sedikit teguran tidak mengapa walaupun terkadang hasil akhir dari keberanian dan teguran itu terkadang masih tidak sesuai dengan harapan kita, tetapi setidaknya sesedikit mungkin kita pernah melakukannya daripada tidak sama sekali.

Contoh teguran di atas tidak selalu berhasil, ada yang mau buang sampahnya di tempat sampah, ada juga yang cuma tersipu malu, bahkan ada yang marah dan berani negur balik. Seringnya dibilang sok peduli, semua orang juga buang sampah sembarangan, jangan ikut campur, dan berbagai argumen lainnya.

Yah walaupun hasil akhirnya gak asyik tetapi lebih tidak asyik lagi kalau hanya diam saja.

Yenny Wijaya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *