[Manajemen Alur Hidup] Pastikan Kamu dan Aku Punya Visi dan Misi yang Sama

  • May 3, 2016

“Ku berlari kau terdiam, ku menangis kau tersenyum, ku berduka kau bahagia, ku pergi kau kembali. Kucoba meraih mimpi, kau coba tuk hentikan mimpi, memang kita takkan menyatu.”

Masih ingat lirik ini? Bagaimana kalau apa yang tertuang dalam lirik tersebut juga terjadi pada diri kita? Ribut sama temen, ribut sama pacar karena berbeda pandangan mungkin hal yang wajar. Tapi kalau beda visi dan misi hidup dengan pasangan hidup bagaimana? Namanya juga pasangan hidup itu artinya bersama dia lah kita akan mengarungi suka duka kehidupan ini. Kalau beda visi dan misi mungkin ya akan seperti lirik lagu diatas.

Misalnya ada suami istri yang memiliki prioritas hidup yang berbeda, suami sangat materialistik (kesuksesan dan kebahagiaan diukur dari materi), sedangkan istrinya berorientasi pada jalan spiritual. Disini bukan berarti materi tidak penting, tapi ini masalah skala prioritas. Pastilah akan muncul pertengkaran. Ada pihak yang merasa kepentingannya diabaikan atau dinomorduakan. Kalau istrinya mau pergi beribadah mungkin suaminya akan mencegah atau membebani istrinya dengan hal lain. Yang pada intinya pasangan ini tidak saling mendukung.

Lain kasus, suami memiliki kemurahan hati yang jauh melebihi istrinya. Suatu hari suami merasa iba terhadap tetangganya yang sakit lalu membawanya ke rumah sakit dan memberikan santunan biaya pengobatan. Istrinya justru marah-marah atas tindakan suaminya, karena menurutnya itu hanya menghabis-habiskan uang.

Keributan-keributan seperti itu mestinya sudah dapat diprediksi ketika kita memilih pasangan yang memiliki visi dan misi hidup yang berbeda dengan kita. Saat kita sedang terhanyut dengan gelora asmara, kita cenderung menjadi sangat subjektif dalam menilai seseorang dan memiliki dada yang sangat lapang menerima apapun perbedaan. Termasuk perbedaan yang sangat krusial yaitu visi dan misi hidup. Tapi ketika hal tersebut berlalu dan kita salah pilih maka mungkin kita hanya bisa meneteskan air mata. Jadi lebih baik meneteskan air mata 3 hari (karena harus putus dari calon pasangan hidup yang berbeda visi dan misi hidup) atau menangis seumur hidup karena telah memilih pasangan yang salah. Pasangan yang bukan pendukungmu malah tragisnya adalah penghalangmu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *