Memaafkan: Ongkos di Bibir atau dari Hati?

  • January 11, 2016

Pernah dibikin kesel atau dongkol oleh orang lain? So pasti pernah lah. Gimana tuh rasanya? Sakitnya tuh disini (sambil menunjuk dada). Setelah kejadian tersebut lalu apa yg terjadi? Mungkin bisa jadi saling memaafkan dan berbaikan kembali mungkin juga akhirnya jadi musuh tujuh turunan, sampai liat mukanya aja kita gak sudi.

Memaafkan orang gampang atau susah? Kayanya sih susah susag gampang. Lalu saat kita memaafkan dia cuma ongkos di mulut aja atau benar-benar berasal dari relung hati kita yg terdalam? (Emang apa bedanya…sama aja toh?)

Pernah nggak kita ditanya sama orang lain, eh..kamu apakah kamu sudah memaafkan si A? Jawaban kita mungkin bervariasi seperti :
1. Oh sudah saya maafkan dia tapi ya saya gak mau deket2 dia lagi.
2. Oh iya saya sih udah maafin dia ya (tapi mengucapkan dengan nada bicara yg tidak suka).
Sebenernya yang tau relung hati kita terdalam hanya kita sendiri. Apakah sungguh dengan tulus kita telah memaafkan dia bukan hanya omongan belaka?

Masihkah ada rasa cinta, rasa sayang yang kadarnya tak berkurang sedikitpun kepada orang yang kita bilang sudah kita maafkan? Apakah hati dan tangan kita selalu terbuka untuk dia yang telah mengecewakan kita unconditionally? Jika ya maka anda adalah seorang yang betul-betul berjiwa besar, memiliki hati yang luas. Tak pernah berubah menjadi “sempit” walaupun disakiti.

Suatu hari saya juga ingin sekali memiliki hati yang seperti itu…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *