Sharing Pengalaman Pabbajja Mahasiswa UI

  • October 15, 2008

Setelah diadakannya pabbajja pada tanggal 28 September-5 Oktober 2008, pada hari kamis diadakan lagi kelas sharing untuk mahasiswa KMBUI yang khusus membicarakan tentang pengalaman mereka ketika mengikuti kegiatan pabbajja sramanera. Kelas sharing ini diadakan di kos EL EM, salah satu kosan mahasiswa di Kukusan Mahasiswa di Depok yang berlangsung selama 2 jam dari pukul 20.00-22.00 WIB dan dihadiri oleh kurang lebih 20 mahasiswa di Depok.
Pada kegiatan ini, setiap peserta pabbajja menceritakan pengalaman mereka masing-masing yang berkesan selama mereka mengikuti pabbajja. Sharing ini dimulai dengan penjelasan sekelumit hal tentang pabbajja, apa itu sramanera dan sila-sila yang harus diambil oleh para sramanera selama pabbajja berlangsung. Selain itu juga dibahas tentang kronologis kegiatan pabbajjja dimulai dari perjalanan travel mahasiswa UI menuju ke Bandung pada Jumat malam tanggal 26 September 2008, penggundulan mahasiswa ketika mereka sampai ke Bandung dan persiapan kelas oleh mahasiswa sebelum kegiatan pabbajja dimulai seperti topik berlindung dan samsara.
Pada hari Sabtunya para mahasiswa yang sudah terkumpul di Bandung melakukan pembersihan Center dan Dhammasala supaya menjadi semakin rapi dan bertujuan untuk membersihkan penghalang-penghalang batin pada diri para peserta . Pada malam harinya diadakan kelas tentang berlindung yang dibawakan langsung oleh YM Suhu Bhadra Ruci. Selain itu para peserta juga diajari cara menggunakan jubah sramanera baik jubah luar maupun jubah dalam yang ternyata cukup sulit untuk digunakan. Pada keesokan harinya pada minggu pagi, para peserta mengambil perlindungan kepada Triratna sebagai syarat awal sebelum penahbisan sramanera nantinya. Pada sore harinya sekitar pukul 15.00, para peserta yang sudah gundul berjalan keluar Center menuju bus yang sudah disediakan panitia yang akan membawa peserta menuju ke Wihara Amitayus di puncak. Setelah melewati perjalanan yang cukup jauh, sekitar pukul 19.00 para peserta sampai di Wihara Amitayus dan membersihkan diri lalu makan dan istirahat di sana.
Pada hari Senin pagi diadakan prosesi penahbisan para peserta pabbajja untuk menjadi seorang “pertapa muda”. Upajaya pada pabbajja kali ini adalah Bhante Dharma Vimala Thera. Prosesi penahbisan berlangsung selama hampir 100 menit karena setiap peserta ditahbiskan satu per satu menjadi sramanera. Setelah para sramanera menukar jubah mereka, mereka mengambil sila di depan para Bhikkhu Sangha. Setelah itu para sramanera melakukan foto bersama dan setelah makan siang para sramanera bersiap-siap untuk pulang kembali ke Bandung.
Kemudian kelas sharing pabbajja ini melanjutkan pembahasan tentang pengalaman dan motivasi masing-masing peserta mengikuti pabbaja. Pembahasan tentang pabbajja dimulai tentang pembahasan mengenai keberuntungan kita sebagai manusia sehingga kita memiliki tubuh yang berharga ini yang dapat menjadi kendaraan kita untuk mencapai apapun yang kita inginkan. Setelah itu dibahas juga bahwa dengan kehidupan kita yang sangat berharga ini kita harus menghargai waktu kita sebaik mungkin. Kita hidup selama 24 jam sehari akan tetapi waktu kita kebanyakan habis terbuang sia-sia( 8 jam kita tidur, 8 jam kita kuliah/kerja, 8 jam lagi kegiatan yang kita lakukan kebanyakan tidak jelas dan kurang bermanfaat seperti bermain, jalan-jalan, ngerumpi dll). Oleh karena itu kita harus “Make Our Life Meaningful” dengan belajar dan berpraktik Dhamma dengan baik. Setelah itu dibahas juga bahwa kita harus berbakti kepada orang tua kita karena jasa kebaikan dari orang tua kita terhadap diri kita sendiri tiada taranya. Orang tua kita selalu berbuat yang terbaik bagi diri kita sehingga terkadang dia berbuat hal yang tidak baik supaya kita senang. Oleh karena itu kita harus menggunakan tubuh yang kita dapatkan dari orang tua kita ini untuk perbuatan baik demi kebahagiaan orang tua kita. Selama pabbajja berlangsung para sramanera banyak melakukan perenungan tentang penderitaan dialam samsara yang semua itu disebabkan oleh karma dan klesha kita. Dibahas pula bahwa kita harus menghargai semua makhluk tanpa terkecuali. Apapun yang telah kita dapatkan sekarang ini tidak terlepas dari campur tangan semua makhluk terlebih lagi mereka juga pernah menjadi ibu-ibu kita pada kehidupan kita sebelumnya. Oleh karena itu kita harus mengembangkan suatu tanggung jawab untuk menyelamatkan ibu-ibu kita tersebut dengan mengembangkan Bodhicitta untuk menjadi Buddha demi kebahagiaan semua makhluk.
Pada hari minggu diadakan upacara pembangkitan aspirasi Bodhicitta untuk semua sramanera sehingga setiap sramanera diharapkan memiliki batin pencerahan yang akan membawa mereka menuju ke pencerahan sempurna kelak kemudian hari demi kebahagiaan semua makhluk. Sebelum kegiatan pabbajja resmi ditutup, para peserta pabbajja makan siang terlebih dahulu dengan mencoba masakan kari dan nasi Tibet untuk merayakan aspirasi pencerahan pada batin setiap peserta pabbajja. Setelah itu kegiatan pabbajja ditutup dengan pelepasan sila sramanera dan foto bersama para peserta pabbajja. Setelah itu para peserta di luar Bandung berkemas-kemas mempersiapkan diri untuk pulang ke daerah masing-masing.[Jepry]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *