Archaeology On The Street

  • October 15, 2009


Dengan adanya kegiatan pameran arkeolog yang diberi tema Archaeology On The Street di Lawang Sewu kota Semarang pada tanggal 11-15 Agustus 2009, beberapa anggota KCI ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Pameran diadakan oleh para arkeolog Indonesia dengan tujuan memperkenalkan asal usul kehidupan dan budaya yang dimiliki Indonesia kepada masyarakat luas baik dari anak-anak tingkat SD hingga orang dewasa. Dalam pameran tersebut terdapat berbagai penjelasan tentang asal usul kehidupan manusia yang ada di Indonesia beserta penemuan fosil-fosil manusia maupun alat-alat yang digunakan manusia zaman dahulu. Hal ini memberi informasi kepada masyarakat sekarang atas perkembangan tradisi dan budaya yang terjadi dalam masyarakat zaman dahulu.
Relief Karmavibhangga merupakan salah satu bagian dari pameran arkeolog tersebut, yaitu relief buddhis tentang siklus kehidupan yang terdapat pada bagian dasar dari candi Borobudur. Peran kita pada pameran tersebut ialah memberi penjelasan umum tentang relief karmavibhangga kepada para pengunjung. Pameran dimulai dari pukul 9 pagi sampai dengan pukul 21 malam, dalam 12 jam ini dibagi menjadi beberapa shift untuk berada pada stand relief Karmavibhangga. Pada jam-jam tidak berkewajiban untuk berada pada stand relief Karmavibhangga, kami mengunjungi stand-stand lain yang ada pada pameran untuk membaca dan memperdalam pemahaman tentang apa yang ingin disampaikan para arkeolog dalam pameran tersebut.


Kegiatan sehari-hari di Semarang ialah berangkat ke Lawang Sewu sebelum pukul 9 pagi, sarapan warung makan sekitar Lawang Sewu. Disamping tugas utama kita yaitu memberi informasi umum kepada pengunjung pada stand karmavibhangga, aktivitas lain yang kita lakukan ialah mengisi diri dengan mengunjungi stand lain pada pameran serta mengelilingi Lawang Sewu untuk melihat hebatnya bangunan yang unik ini. Terdapat banyak mitos mengenai bangunan bersejarah ini, baik dari segi uniknya desain dengan seribu pintu maupun dari segi sejarah yang pernah dilalui oleh bangunan tersebut. Setelah pameran selesai pada setiap pukul 21 malam, bersama-sama kita jalan pulang ke hotel sambil mencari makan malam dalam perjalanan. Kumpul bersama dikamar untuk meng-evaluasi apa yang telah didapatkan, apa yang perlu diperbaiki, serta apa tindak lanjut kita setelah mengikuti pameran arkeolog tersebut.
Hal yang paling berkesan dalam pameran ini ialah mengetahui bahwa para leluhur Indonesia memiliki pandangan dan kebiasaan hidup yang sangat teladan sehingga mampu menghasilkan tradisi, budaya, dan bangunan-bangunan dengan rancangan yang begitu sempurna sehingga mampu bertahan selama ratusan tahun. Kenapa orang-orang zaman sekarang selalu ingin mendapatkan sesuatu secara instan sedangkan para leluhur kita selalu menghasilkan sesuatu dengan kerja keras dan ketekunan. Kita seharusnya dapat mengerti harapan dari para arkeolog Indonesia yaitu sebagai generasi Indonesia kita seharusnya bisa menghargai dan mempertahankan kebudayaan dan sejarah yang dimiliki Indonesia dan perlu mengikuti sifat para leluhur yang tekun, pekerja keras, tidak gampang putus asa, dan tidak pernah memikirkan untuk mendapatkan sesuatu secara instan. Para leluhur telah meninggalkan jejak kehidupan dan cara hidup yang begitu teladan, sebagai generasi muda kita tidak seharusnya mengikuti tren-tren Negara lain yang berkembang begitu pesat dan melupakan apa yang sebenarnya sudah kita miliki dan siap dikembangkan.[Erlina-Ygj]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *