Rangkuman Retret Biezenmortel via Webcast: Jarum Bermata Dua Tidak Bisa Digunakan untuk Menjahit

  • March 3, 2010

Jika kita bukan praktisi yang mahir, dalam artian kita masih praktisi awal, maka ajaran ini juga disesuaikan dengan tingkatan kita, yakni yang mencakup ketiga jenis praktisi, yang semoga bisa mengakomodir motivasi kita, apakah itu motivasi awal, menengah, ataupun tinggi.

Kenyataannya kita belum bisa mempraktekkan keseluruhan tahapan jalan menuju pencerahan, namun apabila kita bisa mendapatkan pemahaman yang benar mengenai keseluruhan tahapan jalan tersebut, maka itu pun sudah merupakan suatu pemahaman yang sangat bermanfaat.

Oleh sebab itu, kita harus menyadari bahwa kelahiran sebagai manusia yang diberkahi dengan kebebasan dan keberuntungan ini sangatlah sulit untuk didapatkan, dan bahwa kita sudah mendapatkan ajaran yang lengkap yang juga sukar untuk didapatkan. Dalam konteks kita, sudah tersedia yang namanya Instruksi-instruksi Guru yang Berharga (Precious Master Instructions).

Rinpoche tidak akan menjelaskan setiap poin dari instruksi tersebut secara mendetil, namun sebagai pengingat saja, instruksi-instruksi tersebut dapat dikelompokkan menjadi 4 bab besar, yaitu:

1. Penjelasan kualitas-kualitas agung guru spiritual untuk menunjukkan kemurnian sumber ajaran (Lamrim)
2. Penjelasan kualitas-kualitas agung ajaran (Lamrim itu sendiri) untuk membangkitkan rasa hormat terhadap instruksi-instruksi
3. Bagaimana cara mendengarkan dan mengajarkan ajaran dengan kedua kualitas di atas
4. Bagaimana kita, para murid, dibimbing dengan ajaran Lamrim yang sebenarnya.

Rinpoche tidak akan menjelaskan 3 bab pertama, namun langsung masuk pada bab ke-4, yakni poin ?Bagaimana kita para murid dibimbing dengan ajaran yang sebenarnya,? yang terbagi lagi menjadi 2 poin besar:

1. Bagaimana bertumpu kepada guru spiritual, akar dari jalan
2. Setelah bertumpu padanya, bagaimana mengembangkan batin kita secara bertahap

Di dalam Lamrim Chenmo, poin pertama di atas lebih dijelaskan secara detil, antara lain memaparkan definisi kualitas-kualitas seorang guru spiritual dan juga kualitas-kualitas seorang murid, dst. Detil poin seperti ini tidak ditemukan dalam Instruksi-instruksi Guru yang Berharga, jadi sekarang kita hanya akan memfokuskan pada instruksi ini saja.

Kembali pada poin pertama tadi, yakni bagaimana bertumpu kepada guru spiritual dengan benar, akar dari jalan. Apa maksud dari istilah dari ?akar? yang dipakai di sini? Ini merujuk pada kenyataan bertumpu kepada guru spiritual adalah akar atau dasar (pondasi) dari kualitas-kualitas berikutnya, yang mana ia merupakan sebab fundamental bagi munculnya kualitas-kualitas lain selanjutnya. Sama halnya sebatang pohon yang memiliki akar yang kuat dan sehat pasti akan bisa menumbuhkan cabang-cabang yang banyak dan kuat pula. Prinsipnya sama dalam praktek bertumpu kepada guru spiritual, di mana kualitas ini menyerupai akar yang nantinya akan menunjang tumbuhnya semua kebaikan atau kualitas-kualitas bajik.

Jika seseorang tidak memiliki pondasi ini, yakni pondasi bertumpu kepada guru spiritual dengan benar yang kuat, maka tak peduli seberapa kerasnya ia berusaha untuk mengembangkan kualitas-kualitas bajik, seperti bermeditasi, dsb, orang tersebut akan gagal dalam usahanya. Ia bisa saja mendapatkan pemahaman spiritual tertentu, tapi hanya sebatas pemahaman intelektual/ kata-kata saja, dan tidak bisa meraih realisasi sebuah kualitas spiritual yang sebenarnya.

Bagaimana bertumpu kepada guru spiritual ini bisa dikembangkan melalui 2 cara:
1. Mengembangkan keyakinan yang melihat guru spiritual sama dengan Buddha.
2. Mengembangkan rasa bakti yang tumbuh dari merenungkan kebaikan guru.

Kalau kita sudah mampu menumbuhkan kedua kualitas tersebut dalam batin kita, maka dipastikan kita akan bisa meraih semua kualitas-kualitas yang ada pada tahapan jalan menuju pencerahan. Sebaliknya, kalau kita belum bisa menumbuhkannya, maka tak peduli seberapapun kerasnya kita berusaha, kita tidak akan mampu meraih kualitas apapun.

Oleh sebab itu mengapa realisasi pada poin bertumpu kepada guru spiritual mengandung nilai yang sangat penting sekali. Je Tsongkhapa menitik-beratkan pentingnya poin ini dan hanya menggunakan istilah (kosakata) yang tidak digunakannya pada poin lain, yakni pada istilah ?akar? dari sang jalan. Istilah ini digunakan oleh Je Tsongkhapa dalam Lamrim Besar, Lamrim Menengah, hingga Lamrim Singkat. Bahkan dalam ?Dasar Semua Kebajikan,? Je Tsongkhapa mengatakan:

Setelah memahami dengan baik bahwa Guru yang baik
Adalah dasar dari semua kebajikan,
Dan bahwa mengikutinya dengan benar merupakan akar dari jalan,
Maka berkatilah aku agar aku dapat bertumpu padanya,
Dengan rasa hormat yang mendalam dan upaya yang berulang-ulang.

Dalam “Baris-baris Pengalaman” (Lines of Experience), Je Tsongkhapa juga mengatakan:

Memahami bahwa hal-hal baik apapun yang engkau alami, baik pada kehidupan ini maupun berikutnya,
Bergantung pada secara bersamaan matangnya sebab-sebab unggul hal-hal baik tersebut; yang mana sebab utamanya adalah,
Bertumpu dengan benar pada Guru-guru unggul yang mengajarkan jalan spiritual,
Dengan sungguh-sungguh dalam pikiran maupun tindakan.
Takkan pernah mencampakkan mereka walau nyawa taruhannya,
Serta menyenangkan mereka dengan mempersembahkan praktek dari nasihat mereka,
Sebagai yogi, aku telah mempraktekkan dengan cara demikian,
Wahai engkau yang mengingikan pembebasan, lakukanlah hal yang sama!

Pembebasan yang dimaksud di sini adalah pembebasan yang lengkap dan sempurna, yakni pencapaian Kebuddhaan.

Dalam berbagai sutra, poin ini juga diungkapkan dalam berbagai kesempatan, walaupun dengan cara pengungkapan yang berbeda-beda, yang pada intinya menyebutkan keyakinan sebagai kualitas yang sangat penting. Keyakinan di sini merujuk pada keyakinan terhadap guru spiritual. Sebegitu pentingnya, keyakinan kepada guru spiritual ini disebut sebagai sumber semua kebaikan. Hal ini digaris-bawahi oleh Buddha ketika beliau menyampaikan perumpamaan berikut:

Jika sebuah benih sudah terbakar,
Maka ia kehilangan sebab untuk menumbuhkan tunas,
Terlepas dari jenis benih apapun,
Apakah itu gandum, terigu, dsb.
sama halnya dengan praktek spiritual
yang tidak didasari oleh keyakinan,
maka ia tidak akan menghasilkan kualitas apapun.

 

Keyakinan merupakan kualitas yang krusial, yang penting sekali. Semua kualitas-kualitas spiritual bisa dicapai oleh seseorang yang memiliki satu kualitas krusial ini. Bahkan keyakinan disebut sebagai topik yang sanggup mencakup keseluruhan topik tahapan jalan menuju pencerahan. Keseluruhan topik tahapan jalan menuju pencerahan bisa dirangkum atau dipadatkan menjadi satu topik, yakni keyakinan. Dengan keyakinan seseorang bisa mencapai berbagai kualitas pada tahapan jalan.

Alasan mengapa keyakinan merupakan unsur yang sangat penting untuk merealisasikan tahapan jalan menuju pencerahan dapat dibuktikan. Pertama-tama, untuk motivasi awal, yakni pada topik bertumpu kepada guru spiritual, keyakinan sudah pasti penting. Selain itu, keyakinan juga penting pada poin merenungkan kemuliaan terlahir sebagai manusia ditinjau dari kebebasan dan keberuntungan, potensi besarnya, serta merenungkan betapa sulitnya memperoleh kelahiran tersebut. Semua poin ini membutuhkan keyakinan. Berikutnya keyakinan juga penting pada poin merenungkan kematian dan ketidak-kekalan dan penderitaan alam-alam rendah. Tanpa keyakinan, seseorang tidak mungkin merenungkan penderitaan alam-alam rendah, karena dia pasti tidak akan bisa merenungkannya sama sekali, dengan demikian ia tidak akan memperoleh realisasi akan poin ini. Selanjutnya, pada topik berlindung. Di awal dan di keseluruhan topik berlindung sudah pasti melibatkan keyakinan.

Untuk motivasi menengah, yakni pada poin Empat Kebenaran Arya. Untuk merealisasikan keempat kebenaran tersebut, bukan saja membutuhkan satu jenis keyakinan, tapi dibutuhkan ketiga jenis keyakinan sekaligus. Seseorang tidak bisa memperoleh realisasi Empat Kebenaran Arya tanpa adanya keyakinan, dalam hal ini dipastikan tak seorangpun yang bisa, yakni merealisasikan Empat Kebenaran Arya tanpa keyakinan.

Berikutnya, pada motivasi agung, hal ini menjadi semakin jelas. Keyakinan merupakan kualitas yang sangat penting pada level praktek spiritual apapun. Dalam semua tingkatan, selalu melibatkan yang namanya keyakinan, agar bisa mencapai keseluruhan tahapan jalan menuju pencerahan. Itulah sebabnya mengapa dikatakan keseluruhan topik tahapan jalan bisa dipadatkan menjadi satu topik, yakni keyakinan.

Seperti yang sudah disebutkan, ada tiga jenis keyakinan.
1) Rasa kagum (admiration)
2) Rasa hormat (veneration)
3) Keyakinan yang kokoh/ teguh (conviction)

Ada dua jenis keyakinan, yakni keyakinan buta dan keyakinan yang dilandasi oleh penalaran. Tentu saja jenis yang kedua lebih bermanfaat dan lebih menjangkau luas bila dibandingkan dengan keyakinan yang tidak didasari oleh penalaran. Tapi yang penting adalah memastikan keyakinan itu diarahkan pada obyek yang benar, obyek yang benar-benar bisa diandalkan, yang benar-benar bisa dijadikan obyek keyakinan kita. Dengan mengembangkan keyakinan seseorang bisa merealisasikan keseluruhan tahapan jalan, oleh sebab itu keyakinan sangat penting sekali.

YM Atisha dalam karya yang berjudul Precious Garland of Advice for Bodhisattva mengatakan:

Buanglah semua keraguan
Berlatihlah dengan sungguh-sungguh.

 

Guru Kadampa Geshe Potowa, yang merupakan pendiri tradisi Kadampa dari silsilah teks, yang merupakan Geshe besar dan praktisi sejati, yang juga ahli dalam mengajar, baik kepada orang biasa maupun praktisi ahli, juga mengatakan hal berikut kepada praktisi awam:

Sama halnya jarum bermata dua
Tidak bisa digunakan untuk menjahit
Begitu pula batin yang bercabang-cabang
Juga tidak bisa mencapai kualitas spiritual apapun.

 

Perumpamaan di atas diberikan untuk pemahaman orang awam yang bisa dipahami semua orang. Semua orang tahu kalau jarum bermata dua tidak bisa digunakan untuk menjahit. Sama halnya batin yang terbagi-bagi atau keyakinan yang terbelah tidak bisa digunakan untuk mencapai kualitas spiritual tertinggi.

Rinpoche menceritakan kisah tersebut bukan tanpa sebab atau hubungan sama sekali, terutama bagi orang Belanda, karena salah satu guru Rinpoche, yakni Geshe Ngawang Nyima-lha, yang merupakan orang Mongolia, pernah tinggal selama bertahun-tahun di Belanda. Selama di Belanda, Gyenla (panggilan untuk guru) mengajar di Universitas dan kemudian pensiun di Swiss. Di Swiss, beliau tinggal di pemukiman orang Tibet, di mana terdapat banyak orang Tibet biasa yang bekerja sebagai buruh pabrik, karyawan, dsb, yang umumnya orang biasa/ orang kebanyakan. Orang-orang ini pernah memohon Gyenla untuk memberikan ajaran dan Gyenla setuju dengan syarat ada penerjemah Bahasa Tibet karena sebagai orang Mongolia Gyenla merasa Bahasa Tibetnya mungkin kurang fasih untuk menjelaskan kepada banyak orang. Jadilah Gyenla mengajar ditemani oleh seorang biksu yang berbahasa Tibet.

Topik yang diajarkan oleh Gyenla ketika itu adalah sama, yakni yang diambil dari Precious Garland of Advice for Bodhisattva. Gyenla menggunakan analogi yang sama yang digunakan oleh Geshe Potowa dalam mematahkan keragu-raguan. Gyenla menjelaskan bagaimana jarum bermata dua tidak bisa digunakan untuk menjahit dan para pendengarnya, yang rata-rata orang-orang Tibet yang sudah tua, baik pria dan wanita, semuanya bisa memahami apa yang disampaikan oleh Gyenla. Mereka semua meng-iya-kan dan menyetujui ajaran yang disampaikan oleh Gyenla karena mudah dipahami dan diamati dalam hidup sehari-hari, dan akhirnya, dalam menyampaikan ajarannya, Gyenla tidak membutuhkan sang penerjemah, karena ajaran yang disampaikan berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari. Cerita ini disampaikan bukan tanpa maksud dan tujuan, karena cerita ini merupakan salah satu bagian riwayat guru-guru spiritual, sehingga cerita ini mengandung berkah.

Pada ajaran Tantra, ada satu bagian yang menjelaskan bahwa bahkan dengan keyakinan buta, tapi sangat kuat dan menyeluruh, yang ditujukan terhadap praktek Tantra dan guru Tantra berikut istadewata, seseorang bisa meraih realisasi dengan lebih mudah. Di sisi lain, seseorang yang tidak punya keyakinan, dengan demikian memisahkan diri atau berjarak dari gurunya, maka ia tidak akan bisa mencapai realisasi apapun.

Walaupun dengan keyakinan buta, seseorang pada akhirnya bisa mencapai kualitas-kualitas kebijaksanaan dan memahami tahapan jalan, sehingga manfaat keyakinan jangkauannya sungguh amat luas. Sekarang kita masuk pada topik Lamrim yang berkaitan dengan keyakinan, yakni keyakinan yang melihat guru spiritual adalah Buddha yang sebenarnya.

Di dalam Instruksi Guru-guru yang Berharga, topik ?Bagaimana bertumpu kepada guru spiritual, akar dari jalan? terbagi menjadi dua:
1) Apa yang harus dilakukan pada sesi meditasi yang sebenarnya
2) Apa yang harus dilakukan di antara sesi meditasi

 

Poin 1 terbagi lagi menjadi 3, yakni:
1. Praktek-praktek Pendahuluan
2. Bagaimana melaksanakan sesi meditasi yang sebenarnya
3. Penutup

 

Tahap Pendahuluan adalah tahap yang sangat penting sekali. Pendahuluan dalam bentuk Enam Praktek Pendahuluan (6PP) sangat penting sekali untuk mendukung suksesnya sebuah praktek meditasi Lamrim. Satu-satunya alas an mengapa kita selalu gagal dalam memeditasikan Lamrim adalah karena kurangnya kebajikan dan terlalu banyak karma negative yang kita miliki. Praktek 6PP ini merupakan praktek yang sangat ideal dalam rangka mengumpulkan kebajikan dan menghapuskan halangan, sehingga kita bisa menjadi sebuah wadah yang cocok/ sesuai untuk melaksanakan meditasi Lamrim.

Tadi pagi kita sudah melaksanakan puja Untaian bagi Yang Beruntung (Necklace of the Fortunate), di mana pada bagian akhir dari puja ini kita mengundang Ladang Kebajikan untuk duduk di atas kepala kita dalam wujud Lama Lobsang Thubwang Dorje Chang atau Guru Sakyamuni Wajradhara (GSW). GSW ini menjadi satu dengan guru spiritual yang tadi sudah kita visualisasikan di atas kepala ini, atau dengan kata lain, guru spiritual ini berubah wujud (bertransformasi) menjadi GSW. Dengan GSW atau Guru Sakyamuni yang di dalam jantung hatinya terdapat Wajradhara ini, yang ditempatkan di atas kepala kita, kita kemudian melafalkan berbagai mantra, dan tadi kita berhenti pada tahap ini.

Jika kita tidak lanjut pada sesi meditasi yang sebenarnya, maka GSW ini kita leburkan ke dalam hati. Tapi kalau dilanjutkan, maka GSW tidak dileburkan dan dipertahankan di atas kepala, untuk selanjutnya memeditasikan Lamrim. Jadi sekarang ini kita bayangkan guru spiritual kita dalam wujud GSW saat ini sedang ada di atas kepala kita.

Perlu diingat bahwa guru spiritual dalam wujud GSW yang ada di atas kepala kita sekarang ini merupakan perwujudan dari semua obyek perlindungan: Guru, Buddha, Dharma, Sangha, Daka, Dakini, Yidam, Protektor, dan seterusnya. Berikutnya kita mengajukan permohonan kepada guru spiritual ini dengan doa yang berjudul ‘Permohonan Penunjang.’

Sekarang kita akan mengajukan permohonan kepada guru spiritual, tapi sebelum melakukannya, jangan lupa untuk membayangkan bahwa semua makhluk dalam samsara ada di sekitar kita bersama dengan kita. Dimulai dengan ayah dan ibu kita pada kehidupan sekarang ini, berikut semua makhluk yang masih berada di dalam samsara, yang terus-menerus berputar-putar tanpa daya. Kenyataan bahwa kita semua masih berputar-putar di dalam samsara dikarenakan kegagalan kita dalam merealisasikan poin bertumpu kepada guru spiritual dengan benar. Inilah kenyataan kondisi kita sekarang ini.

Seandainya dulu kita sudah bertumpu dengan benar, maka kita pasti sudah mencapai kemajuan tertentu. Kenyataan kita sekarang masih dalam kondisi seperti ini merupakan bukti bahwa kita sudah gagal dalam bertumpu dengan benar. Sekarang ini kita sudah memiliki kesempatan yang sangat bagus untuk mempraktekkan bertumpu dengan benar, tapi dulu kita sudah gagal. Inilah yang harus kita sadari dan kita renungkan bahwa sekarang adalah waktu untuk berubah.

Saat ini kita sudah mendapatkan kelahiran kembali yang bebas dan terberkahi. Kita juga sudah bertemu dengan guru spiritual sehingga memiliki kesempatan untuk mempraktekkan bertumpu kepadanya, dan inilah yang harus saya lakukan, dan pada akhirnya benar-benar merealisasikan bertumpu kepada guru spiritual dengan baik dan benar.

Kita mengajukan permohonan kepada guru spiritual di atas kepala kita untuk memberkahi tubuh dan batin kita, yakni memberkahi dengan segala kondisi-kondisi yang baik dan menguntungkan. Bayangkan guru spiritual memberkahi dengan cahaya dan nectar berwarna putih yang membasahi tubuh kita dan juga mengalir kepada semua makhluk yang ada di sekeliling kita. Sifat cahaya ini adalah terang dan mengandung realiasi-realiasi spiritual dari guru yang memiliki efek membersihkan dan masuk ke dalam tubuh, membersihkan semua bentuk penghalang/ rintangan yang sudah dikumpulkan sejak waktu tak bermula, segala bentuk penyakit dan karma buruk, utamanya adalah penghalang/ rintangan untuk merealisasikan bertumpu kepada guru spiritual dengan benar. Bayangkan sinar itu memasuki dan membersihkan tubuh kita dari segala jenis penghalang, dan ini adalah bagian pertama visualisasi, yakni yang disebut aspek purifikasi.

Berikutnya, bayangkan berkas dan cahaya berwarna putih dengan bercak kekuning-kuningan yang mengandung kualitas-kualitas realisasi dari guru dan Buddha, dst, datang dan memberkahi kita, terutama memberkahi kita dengan segala bentuk kondisi yang menguntungkan untuk merealisasikan bertumpu kepada guru spiritual dengan benar. Setelah merampungkan kedua tahap visualisasi purifikasi dan pemberkahan ini, barulah kita melaksanakan meditasi yang sebenarnya, yang terdiri dari 4 poin:

1. Manfaat-manfaat bertumpu kepada seorang guru spiritual
2. Kerugian tidak bertumpu pada seorang guru spiritual (kebalikan dari manfaat) dan kerugian apabila terjadi pelanggaran
3. Bagaimana cara bertumpu kepada guru kita dalam pikiran
4. Bagaimana cara bertumpu kepada guru kita melalui perbuatan
Poin ke-3, yakni bagaimana cara bertumpu kepada guru kita dalam pikiran, terbagi 2, yaitu:
1. Mengembangkan keyakinan, intinya
2. Setelah merenungkan kebaikan-kebaikannya, mengembangkan rasa hormat

Sekarang Rinpoche menjelaskan topik bertumpu kepada guru spiritual, padahal topik retret ini adalah kemuliaan terlahir sebagai manusia dengan kebebasan dan keberuntungan, potensi besar yang terkandung, dan betapa sulitnya untuk memperolehnya. Mungkin ada yang bertanya-tanya mengapa Rinpoche menjelaskan panjang lebar topik yang lain sama sekali. Namun Rinpoche menjelaskan bahwa bagi pemula adalah baik sekali untuk menjelaskan poin ini dan juga bagi yang sudah mahir juga baik untuk mengulang sebuah topik berulang-ulang.(JL)

[Akhir dari sesi 1, berlanjut ke sesi 2]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *