Seminar Stupika dan Visit India 2010: Mengumpulkan Kebajikan untuk Berangkat ke Tanah Suci Buddha

  • March 15, 2010

Bertempat di Jl. Sampoerna 17 A, seminar stupika digelar pada Minggu pukul 09:40 pagi. Acara dibuka dengan kata sambutan oleh Anthony Sinata selaku ketua panitia seminar dan koordinator Studio Tsa-tsa Bandung. Anthony menjelaskan bahwa sebenarnya stupika bukanlah barang baru di Indonesia (zaman dulu Nusantara) sehingga ia mengajak peserta untuk melacak kembali keberadaan stupika bersama dua narasumber yang kompeten pada bidangnya masing-masing. Ibu Amelia selaku arkeolog pada Puslitbang Arkeologi Nasional memaparkan stupika sebagai temuan arkeologi. Di awal pemaparannya, arkeolog lulusan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia, ini mengaku bahwa acuan untuk stupika belum banyak sehingga beliau yang harus berbicara dengan persiapan dalam waktu yang sangat singkat berusaha sebaik-baiknya untuk memaparkan kepada peserta yang antusias.

Stupika merupakan prototipe bangunan stupa yang digunakan untuk menyimpan abu jenazah Buddha, biksu, atau raja-raja besar beragama Buddha. Selain stupika, ada yang namanya tablet dan votive tablet. Benda-benda bernilai arkeologis ini ternyata banyak sekali ditemukan di Nusantara, di antaranya di Palembang (Sarangwaty, Lemahabang, dan Gedingsuro), Jawa Barat (kompleks percandian Batujaya di Karawang), DI Yogyakarta (Kalibening, Kalasan, Jongke, Mlati), Jawa Tengah (Borobudur/Muntilan, Klaten, Semarang, Bawean), Jawa Timur (Trowulan, Gumuklinting/ Muncar), Bali (Pejeng, Tatiapi, Tampaksiring, Candi Kalibukbuk/ Buleleng).


Sesi pemaparan kedua dibabarkan oleh YM Suhu Bhadraruci, yaitu dari aspek filosofis buddhisme. Di awal Suhu menjelaskan bahwa stupa merupakan satu-satunya monumen yang dibangun berdasarkan petunjuk Buddha melalui dharma-dharma beliau, dan stupa mengandung makna filsafat yang sangat mendalam yang berkaitan dengan tubuh Dharmakaya Buddha. Umat Buddha percaya pada hukum karma sehingga hukum karma merupakan pedoman utama Agama Buddha. Sejalan dengan hukum karma, penganut buddhisme berusaha mengumpulkan kebajikan, dan salah satu bentuk pengumpulan kebajikan yang paling mudah adalah dengan membuat stupika (tsa-tsa). Akan tetapi, cara pembuatan tsa-tsa yang benar ternyata tidak sembarangan dan harus dilakukan dengan motivasi yang benar serta teknis pembuatan yang benar pula. (Materi seminar lengkap oleh Suhu tersedia dalam bentuk rekaman video.)


Ada banyak manfaat membuat tsa-tsa. Salah satu kisah nyata yang diceritakan oleh Suhu adalah tentang salah satu murid beliau yang pada waktu itu bercita-cita pergi ke Jerman. Agar tujuannya tercapai, sang murid melakukan proyek tsa-tsa pribadi, yaitu membikin tsa-tsa dalam jumlah tertentu, dan akhirnya ia memang berangkat ke Jerman. Sehubungan dengan rencana Visit India 2010, yang tentu saja membutuhkan kebajikan besar untuk bisa berziarah ke tanah suci dan mengikuti pembabaran dharma dari guru-guru besar, Kadam Choeling Indonesia mengajak rekan-rekan untuk mengumpulkan kebajikan melalui proyek tsa-tsa. Bagi mereka yang berdomisili di Bandung bisa menghubungi Anthony Sinata di 081361739615. Pembaca di luar Bandung bisa berpartipasi melalui dana tsa-tsa. (AS)

Catatan:
Rekaman video seminar lengkap tersedia bagi para member yang sudah terdaftar dengan partisipasi berupa penggantian ongkos kirim.
Permohonan video seminar khusus member bisa menghubungi HRD KCI di 087822242482 dengan mengajukan nama lengkap, nomor anggota, dan motivasi permohonan video. HRD berhak menolak permohonan apabila dirasa tidak memenuhi syarat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *