Tokek on Skype-What Makes You A Buddhist or Not?

  • April 14, 2010


Dua minggu terakhir di center Kadam Choeling Bandung, tepatnya pada Senin malam, 5 & 12 April 2010, Suhu berusaha menggugah pemikiran anak-anak melalui sebuah buku unik berjudul “What Makes You Not A Buddhist.” Buku ini ditulis oleh seorang Rinpoche kelahiran tahun 1961 berkebangsaan Bhutan, yang juga adalah seorang pembuat film, bernama Dzongsar Jamyang Khyentse.

Pada sesi Senin malam kedua, yakni pada 12 April 2010, diadakan uji coba perdana siaran teaching Suhu ke kota-kota lain via Skype. Cabang yang berpartisipasi dalam uji coba ini adalah Jakarta (Viktor Surya), Center Serlingpa-Jakarta, Palembang (Agus cs), Jogja, Bogor, Depok, dan untuk sementara yang paling timur adalah kota Malang dengan Ngalamers-nya. Ke depannya, uji coba Skype diharapkah makin merambah Indonesia Timur, yakni Banjarmasin dan Kalimantan.


Sayang uji coba perdana ini masih bermasalah sehingga para peserta via Skype tidak bisa mendengar ajaran dengan jelas dan utuh. Dari sekian banyak yang dipaparkan oleh Suhu, ada satu bagian mengenai tokek, karena di tengah-tengah sesi tiba-tiba ada bunyi “tokk..……kekk…….” Bunyi ini sangat menggembirakan Suhu karena beliau sudah pelihara tokek bertahun-tahun tapi baru kemarin itu hidup. (Jadi, selama ini tokek-nya ngapain yach?) Jadi, diulangi, dari sekian banyak yang dipaparkan oleh Suhu, ada satu bagian mengenai tokek, dan satu bagian tokek inilah yang ditangkap paling jelas oleh para peserta Skype, khususnya Palembang dan Jogja. Karena saat itu sempat pula terjadi bidding harga tokek, dengan pemenangnya Jogja (7 ribu), disusul Palembang (10 ribu).

Topik utama buku tentang seseorang Buddhis atau bukan, berkisar di Empat Segel Dharma, yakni:

All compounded things are impermanent
       >> Segala sesuatu yang berupa gabungan unsur tidaklah kekal
All emotions are pain
       >>Semua emosi menyakitkan
All things have no inherent existence
       >>Semua fenomena adalah kosong; semuanya tidak memiliki eksistensi sejati
Nirvana is beyond concepts
       >>Nirwana yang absolut berada di luar konsep

Sedikit penjelasan dari empat poin di atas ada di buku hal. 4-5:

Jika kamu tidak bisa menerima bahwa segala sesuatu yang merupakan gabungan unsur atau benda-benda yang dibikin bersifat tidak kekal (impermanent), jika kamu percaya bahwa ada substansi esensial atau konsep yang kekal (permanent), maka kamu bukan buddhis.

Jika kamu tidak bisa menerima bahwa semua emosi bersifat menyakitkan, jika kamu percaya bahwa sebenarnya ada perasaan-perasaan atau emosi yang secara murni menyenangkan, maka kamu bukan buddhis.

Jika kamu tidak bisa menerima bahwa semua fenomena bersifat ilusi dan kosong, jika kamu percaya bahwa ada hal-hal tertentu yang memiliki eksistensi sejati, maka kamu bukan buddhis.

Jika kamu masih berpikir bahwa pencerahan adalah sesuatu yang masih terpengaruh oleh waktu, ruang, dan kekuasaan, maka kamu bukan buddhis.

Impermanence versus Faktor Memaksakan Kehendak

Jadi, apa yang menjadikan seseorang itu buddhis atau bukan? Tentu para peserta Skype tidak puas hanya dengan mendapatkan tokek, oleh sebab itu, penting untuk membaca buku ini. Tapi Suhu kasih tips: “Buku ini begitu mudah dipahami, tapi kalau terjadi sesuatu, tidak begitu untuk dipahami.”

Uraian Suhu berlanjut: “Buku ini menarik karena menceritakan filsafat riwayat Sang Buddha. Riwayat hidup Sang Buddha bukan hanya menceritakan adegan-adegan tak bermakna. Kelak kalian semua jadi Buddha akan mengalami adegan yang sama. Adegan yang wajib dilakoni oleh semua makhluk ketika akan mencapai pencerahan.”

“Saya mengkritik kamu orang, bagaimana kamu orang menjalani Buddhism-mu! Mempelajari riwayat hidup Sang Buddha berarti melihat sesuatu di balik itu, bukan hanya lihat adegan-adegannya semata-mata, No!”

“Ketika awal-awal belajar buddhis, kita dikasih tahu tentang lahir, sakit, tua, mati. So what gitu lho? Tapi setelah belajar Lamrim, kita baru sadar ketidak-kekalan itu seperti cuaca, hari ini mendung, besok cerah, dst. Fenomena di luar ini yang kita lihat. Hari ini diskusi dengan dosen pembimbing skripsi baik-baik, besoknya tiba-tiba berubah jadi kacau. (Hayo sapa yang lagi stres TA?) Atau tiba-tiba status di Fb berubah jadi “complicated” atau yang hubungannya terancam.”

“Apakah kamu menangkap sesuatu dari fase-fase pertama riwayat Sang Buddha? Masa-masa ketika Pangeran Siddharta mencari-cari sesuatu, bertanya-tanya tentang fenomena yang terjadi.”

“Saya tidak tahu apa yang kalian lihat dari riwayat itu tapi ia mencerminkan sesuatu yang kita hadapi. Hari ini bad mood, besok cerah, lusa gembira karena dapat lotre, everything changes!”

“Fenomena tidak kekal tapi kita cenderung memaksakan sesuatu, mengejar-ngejar sesuatu. Lepas dari tujuan/ motivasi/ niat tertentu dalam melakukan sesuatu yah, tapi kita selalu memaksakan. Contoh: Memaksakan seminar batik. Four Seals kalau dibicarakan dalam satu kompleksitas secara bersamaan, contohnya: memaksakan seminar batik supaya sukses. Untuk sukses harus ada banyak faktor. Misalnya saya hendak menggagalkan seminar ini, berarti saya harus melawan karma 10 orang (misalnya) yang memaksakan kehendak padahal tidak ada uang. Tapi kalau kemudian kamu orang let it flow, banyak orang atau ga pasrah saja, sehingga beban jadi ringan, mana tahu pula ada mukjizat yang terjadi. Tapi yang hendak ditekankan adalah faktor memaksakan kehendak.”

“Terutama anak-anak semester 1, 2, ketika baru fresh datang dari kampung halaman, anak-anak KMB yang datang dengan idealism dan semangatnya, dan biasanya KMB universitas-universitas besar yang menyandang predikat besar. Kamu berpikir kamu layak dan harus menerima kondisi ini, makanya kamu maksa. You maksa-in!”

“Sebenarnya ini kan proses, sukses ga sukses lain cerita. Kamu harus tahu, kita disuruh belajar bahwa ini tidak kekal, impermanent, tidak ada inti, itu susah. Tapi kalau dibelokkan: unsur-unsurnya banyak, faktor penentunya banyak, maka kamu ga bisa maksa-in. Banyak faktor sehingga aku ga bisa ngotot, akhirnya hatimu lembek. Kita ga bisa maju ke depan, tapi bisa belok. Buat anak-anak yang sangat pe-de, kita berharap ini jalan, itu jalan, tapi segalanya tak kekal, malah makin ngotot, makin maksa. Bukan berarti ga boleh maksa juga, try your best. The most important thing is the process.”

Demikian sekilas kutipan dari teaching plus uji coba Skype perdana. Masih banyak poin-poin penting yang disampaikan oleh Suhu yang tidak bisa dituliskan berhubung kondisi cuaca Bandung yang hujan tiap hari berubah menjadi panas menggerahkan. Impermanent. (stj)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *