Puja agar Harapan Baik Lati Rinpoche dan Bhante Ashin Terkabul

  • April 20, 2010

(Center Bandung, 19/04)
Minggu malam tanggal 18 April 2010 pukul 20:00 lewat sedikit. Peserta mulai bersiap-siap mengikuti Puja di aula utama Dharma Center Kadam Choeling Indonesia (KCI) di kota kembang, Bandung. Malam itu, atas petunjuk Dagpo Rinpoche dan Suhu Bhadra Ruci, puja digelar dalam rangka mendoakan agar harapan-harapan baik Lati Rinpoche dan Bhante Ashin Jinarakkhita terkabul. Lati Rinpoche adalah seorang guru besar sekaligus penasihat spiritual YM Dalai Lama ke-14, yang meninggalkan dunia ini di kediaman Beliau di Dharamsala, India, pada 12 April 2010. Sedangkan, hari Minggu tanggal 18 April 2010 bertepatan juga dengan 8 tahun meninggalnya Bhante Ashin Jinarakkhita.

Berikut adalah profil singkat kedua tokoh besar buddhis tersebut.

Bhante Ashin Jinarakkhita
Bhante Ashin adalah putra Bogor kelahiran 23 Januari 1923 yang kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB)—dahulu namanya THS Bandung—jurusan Ilmu Pasti Alam. Bhante Ashin tidak berkesempatan menyelesaikan pendidikannya di THS Bandung karena perkuliahan dihentikan ketika Jepang masuk ke Indonesia. Namun beliau sempat meneruskan pendidikan ke Negeri Belanda sebagai pelajar pekerja. Di Belanda, Sukong kuliah di Fakulteit Wis en Naturkunde, Universiteit Gronigen. Beliau mendalami Ilmu Kimia yang konon merupakan pelajaran favoritnya.

Semasa kecil, Sukong hidup prihatin. Untuk membantu meringankan beban kedua orang tuanya, beliau bekerja sebagai loper. Walau hidup prihatin, namun jiwa sosialnya tak terbendung. Konon ia sering membagikan makanan kecil (snack) yang dibeli dari hasil jerih payahnya kepada teman-teman sepermainannya. Ketika masih berusia belasan tahun, beliau sudah menjadi seorang vegetarian. Beliau juga sangat tertarik pada dunia spiritual, terbukti beliau sering belajar kepada para suhu di kelenteng, haji, pastur, dan tokoh-tokoh teosofi. Beliau mengenal Agama Buddha dari tokoh-tokoh Teosofi dan Perkumpulan Tiga Ajaran (Tridharma).

Filsafat modern maupun kuno menjadi makanan sehari-harinya. Jika anak-anak lainnya senang bermain, Bo An—nama kecil Sukong, lebih suka mengembangkan kehidupan batinnya, misalnya dengan bertapa di Gunung Gede. Menjelang dewasa, beliau aktif dalam usaha pemberantasan buta huruf dan ikut dalam kegiatan dapur umum untuk menolong penduduk sekitar yang kelaparan.

Ketika di Negeri Belanda, beliau juga mengikuti kuliah Filsafat, belajar Bahasa Pali dan Sansekerta, dan mendalami ilmu kebatinan. Di negeri kincir angin ini pulalah minat beliau pada ajaran Buddha semakin kuat, hingga sebelum menyelesaikan kuliahnya beliau telah memutuskan untuk menjadi Anagarika. Semasa menjadi Anagarika ini, beliau sudah aktif menyebarkan dharma walau hanya terbatas pada perkumpulan Teosofi dan Tridharma.

Ketika menjadi Anagarika ini, beliau mencetuskan ide brilian untuk menyelenggarakan Upacara Waisak secara nasional di Candi Borobudur. Akhirnya pada tanggal 22 Mei 1953, acara tersebut berhasil dilaksanakan. Upacara ini mendapat sambutan hangat dari berbagai kalangan. Inilah salah satu momen penting kebangkitan Agama Buddha di Indonesia karena masyarakat mulai menyadari bahwa Agama Buddha dan pengikutnya masih ada di Indonesia. Inilah salah satu sebab mengapa Sukong didapuk dengan predikat “Pelopor Kebangkitan Agama Buddha Indonesia.”
Sebagai seorang biku, Sukong tidak hanya dikenal oleh umat Buddha di Indonesia. Pada saat awal menjadi biku, beliau sempat mendapat julukan The Flying Monk oleh umat Buddha di Malaysia dan Singapura karena kegesitan beliau yang ‘terbang’ dari satu tempat ke tempat lain untuk membabarkan dharma. Beliau juga beberapa kali mengikuti kegiatan keagamaan berskala internasional, di antaranya Persamuan Keenam (Chatta Sangayana) di Rangoon, 1954-1956, juga konferensi-konferensi yang diadakan oleh World Buddhist Sangha Council maupun World Fellowship of Buddhists. Beliau pernah menjabat Wakil Presiden untuk World Buddhist Sangha Council dan World Buddhist Social Services.

Tahun 2006 Beliau menerima Bintang Mahaputra Utama dari Presiden Republik Indonesia. Bhante Ashin meninggalkan dunia ini di RS Pluit, Jakarta Utara, pada 18 April 2002.

*disadur dari berbagai sumber

Lati Rinpoche
Yang Mulia Lati Rinpoche dilahirkan di Kham, Tibet Timur, pada tahun 1922. Setelah dikenali sebagai reinkarnasi seorang praktisi besar, Gongkar Rinpoche, beliau masuk biara lokal pada usia sepuluh tahun. Pada usia lima belas tahun, beliau berkelana ke Tibet Tengah dan mulai memasuki pelatihan resmi di Biara Gaden Shartse. Pelajaran beliau mencakup Pramana Vidya (Logika), Prajnaparamita (Penyempurnaan Kebijaksanaan), Madhyamika (Filosofi Tengah), Abhidharma (Harta Karun Pengetahuan), dan Vinaya (Aturan-aturan spiritual dan moral).

Tahun 1956, Lati Rinpoche mendapatkan gelar Geshe Lharampa. Tahun berikutnya, beliau memasuki Universitas Tantra Gyuto (Gyuto Tantric College) di Lhasa, di mana beliau belajar dan berlatih Tantra secara intensif. Selama periode ini beliau menjadi pengajar bagi tulku-tulku muda dan memberikan banyak ajaran untuk umum.

Semasa Tibet masih merdeka, beliau termasuk jajaran sarjana buddhis yang sangat langka, seorang suci dan praktisi yang menyelesaikan latihannya. Tahun 1959 beliau mengikuti Yang Mulia Dalai Lama ke-14 menuju tempat pengungsian, di mana beliau terus memberikan pengajaran pada berbagai biara dan sekolah.

Tahun 1976, Lati Rinpoche diundang ke AS untuk mengajarkan beragam topik buddhisme di Universitas Virginia dan pusat-pusat pembelajaran lainnya. Setelah mengajar selama lebih kurang satu tahun di AS, beliau pulang ke India dan ditunjuk menjadi Kepala Biara Universitas Shartse Norling di Biara Gaden, yang telah didirikan kembali di India Selatan. Ia menjabat selama 8 tahun dengan sukses, selain memperhatikan administrasi, sila dan aturan Sangha, beliau juga mengajarkan semua aspek buddhisme secara luas. Rinpoche adalah penulis banyak buku penting Buddhisme Tibet, antara lain: Death, Intermediate State and Rebirth; Mind in Tibetan Buddhism; dan Meditative States in Tibetan Buddhism.

*disadur dari http://www.tdling.org/gurus#lr

(Lj)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *