WALKING WITH THE BUDDHA: KCI Ziarah ke Tanah Suci Agama Buddha

  • September 26, 2010

Kalian tau apa yang membuat saya selalu merindukan tempat ini? Buddha. Lihat wajah Buddha yang ada di dalam Mahabodhi Temple. Wajahnya sangat menyejukkan hati. Apa yang saya minta pada Beliau hanyalah: ‘Buddha, tolong saya’”(Suhu Bhadra Ruci, Bodghaya-2010)
Mahabodhi, Rajgir, Nalanda, Vaisali, Kushinagar, Sravasti, hingga Sarnath. Inilah sedikit catatan perjalanan kami.
Dharma Yatra mempunyai pengertian yakni usaha untuk meningkatkan pemahaman dan pengamalan spiritual melalui kunjungan ke tempat-tempat suci yang berhubungan langsung dengan berbagai peristiwa penting dalam kehidupan Buddha Sakyamuni seperti tempat kelahiran beliau, tempat beliau mencapai penerangan sempurna, tempat dimana roda Dharma pertama kali diputar, dan tempat beliau mencapai Maha Parinirvana. Demikian juga, yang disampaikan Buddha kepada Ananda sebelum Maha Parinirvana bahwa keempat tempat suci tersebut haruslah dikunjungi.
Dalam rangka mengikuti retret Dagpo Rinpoche yang diadakan setiap tahun di Kais – India, komunitas Kadam Choeling Indonesia juga mengadakan kegiatan mengunjungi tempat-tempat suci agama Buddha di India. Kegiatan Dharma Yatra yang dilakukan kesekian kalinya ini diikuti oleh 15 perserta dengan bimbingan Suhu Bhadra Ruci. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 25 Agustus – 6 September 2010. Berhubung tempat kelahiran Sang Buddha (Lumbini) terletak di Nepal, maka tujuan pertama rombongan peserta Dharma Yatra adalah Bodhgaya.

Mahabodhi Temple
Rupang Buddha di dalamMahabodhi Temple
Rupang Tara yang memintaYM Atisha ke Indonesia


Peserta sempat ‘terdampar’ di statiun New Delhi selama 10 jam dikarenakan kereta mengalami keterlambatan kedatangan. Setelah menempuh perjalanan 18 jam, kami tiba di Bodghaya. Di Bodghaya, rombongan tinggal selama 6 hari karena di sinilah tempat penting dimana Buddha mencapai penerangan sempurna di bawah pohon bodhi. Pohon ini dianggap sakral atau suci. Banyak peziarah dari berbagai negara mengunjungi tempat ini. Sebelah kiri pohon Bodhi terdapat stupa dan cetiya, serta banyak gambar Buddha. Terdapat 7 spot di Mahabodhi Bodghaya dimana Buddha menghabiskan waktu 7 minggu setelah penerangan sempurna. Ketujuh spot ini adalah:
1. Vajrasana
Vajrasana merupakan tempat duduk Buddha ketika mencapai pencerahan sempurna. Dibangun pada abad ke-3 B.C oleh Raja Asoka dibuat dari batu pasir merah. YM Ashwaghosa di dalam karyanya Buddhacarita menyatakan bahwa tempat ini merupakan pusat bumi. Fa-Hien menyatakan bahwa semua Buddha pada masa lampau mencapai pencerahan di sini dan para Buddha yang akan datang juga akan mencapai pencerahan di titik ini.
2. Animesha Lochana Chaitya
Terletak di timur laut Mahabodhi Temple, ini adalah tempat dimana Buddha menghabiskan minggu kedua dengan meditasi pada posisi berdiri menghadap ke arah Pohon Bodhi tanpa berkedip.
3. Cankamana
Ini adalah tempat dimana Buddha menghabiskan minggu ketiga. Berjalan naik dan turun.
4. Ratanaghara
merupakan tempat dimana Buddha menghabiskan minggu keempat dalam meditasi pada hukum yang saling bergantungan.
5. Ajapala Nigrodha Tree
merupakan tempat dimana Buddha menghabiskan minggu kelima setelah pencerahan. Di sinilah tempat dimana Buddha menjawab seorang brahmana bahwa hanya dengan perbuatan seseorang menjadi brahmana.
6. Muchalinda Sarovar
merupakan tempat dimana Buddha menghabiskan minggu keenam setelah pencerahan. Ketika Buddha sedang bermeditasi, muncul topan hebat. Melihat hal ini, Raja Ular yang bernama Muchalinda keluar dari tempat kediamannya dan melindungi Buddha dari serangan angin dan hujan.
7. Rajayatna Tree
Buddha menghabiskan minggu ketujuh di sini dengan bermeditasi. Ketika di akhir meditasi, two orang pedagang yang bernama Tapussa dan Bhallika mempersembahkan kue beras dan madu kepada Buddha dan mengambil perlindungan Buddham Saranam Gacchami dan Dhammam Saranam Gacchami. Pada saat itu, Sangha belum terbentuk.
Di bagian dinding depan sebelah kiri Mahabodhi Temple, terdapat rupang Tara yang berwarna kuning emas. Rupang inilah yang alkisah meminta YM Atisha datang ke Indonesia untuk berlatih batin pencerahan (Bodhicitta).

Vajrasana
Taman di Mahabodhi
Spot keenam


Suasana di Mahabodhi sangat kondusif bagi kami untuk melakukan beberapa kegiatan seperti pradaksina, melafalkan mantra, meditasi, hingga purifikasi 35 Buddha Pengakuan. Tempat ini meninggalkan kesan yang mendalam bagi kami. Di dalam Mahabodhi Temple, terdapat rupang besar Buddha Sakyamuni. Memasuki tempat ini, air mata seringkali mengalir dan hati terasa amat tersentuh. Melihat wajah Buddha, seperti datang menemui seorang Ayah yang baik hati. Mengingat kualitas-kualitas baik dan welas asihnya yang tak terbatas, hingga mengingat keadaan diri yang masih terbelenggu, luapan haru pun tak terbendung setiap kali memasuki tempat ini. Dan benar adanya apa yang Suhu katakan, tempat ini menyisakan rasa rindu di hati, rindu untuk kembali lagi ke tempat ini.

Suasana Mahabodhi di malam hari
Rupang Besar Buddha dan 10 siswa utama


Di sekitar Bodhgaya terdapat biara atau vihara dari negara-negara Buddhis lainnya, seperti Thailand, Myanmar, Srilanka, Jepang, Korea, Cina, dsb. Rombongan mengunjungi satu-persatu vihara tersebut, kemudian, melakukan puja dan hening sejenak di setiap vihara.

Sujata Temple
Perjalanan Menuju Mahakala Mountain
Mahakala Mountain


Keesokan harinya, rombongan mengunjungi desa Sujata, seorang perempuan yang memberikan persembahan bubur kepada Pangeran Siddharta dan Mahakala Mountain.

kereta gantung
Puncak Gunung Nazar


Tidak jauh dari Bodhgaya, perserta berkunjung ke Rajgir dan Nalanda. Rajgir adalah tempat Buddha membabarkan Prajnaparamita Sutra di puncak gunung Nazar. Untuk naik ke daerah menuju puncak gunung, rombongan dapat menaiki kereta gantung yang cukup bikin deg-degan. Bagaimana tidak?! Satu kereta kecil digantung dengan sebuah pengait sederhana menyusuri jalur yang dibawahnya adalah jurang dan sesekali terdengar bunyi ‘krekk’ dari pengait kereta. Selanjutnya, rombongan masih harus menaiki tanjakan yang cukup terjal untuk tiba di puncak gunung Nazar. Seperti biasanya, peserta memanjatkan doa dan puja di tempat suci ini. Setelah itu, rombongan menuju Nalanda yang terletak tidak jauh dari Rajgir.


Di Nalanda, kami disambut oleh seorang Tour Guide bernama Mr. Singh. “NALANDA WELCOMES YOU”, itulah kalimat awal yang diucapkannya yang membuat hati kami sejenak bergetar. Bayangan akan Nalanda di masa lalu sekilas muncul di benak saat itu. Nalanda, sebuah tempat yang dikatakan ditempati 10.000 murid dan 2.000 pengajar. Di Nalandalah bermunculan Guru-guru Agung seperti Nagarjuna, Aryadeva, Arya Asangha, Shantideva, Santaraksita, Kamalashila, Chandrakirti, Dharmakirti, Vasubhandu, Dignaga, Atisha, dll. Luasnya sendiri dikatakan 10x lipat dari apa yang tersisa saat ini. Bayangkan Nalanda dalam keadaan utuh seperti di masa lampau, dan mereka menyambutmu. Mengesankan! Pada waktu itu, Nalanda merupakan pusat pembelajaran agama Buddha pertama di dunia. Tempat tersebut memiliki makna penting bagi umat Buddhis sekarang dan Indonesia. Indonesia, zaman kerajaan Sriwijya juga memiliki hubungan yang dekat dengan Nalanda, dimana Raja Balaputeradewa menyumbang sebuah komplek asrama di Nalanda yang digunakan untuk para pelajar Indonesia belajar di Nalanda.

Setelah cukup berlama-lama di Bodhgaya, rombongan melanjutkan kembali perjalanan Dharma Yatra ke tempat lain, yaitu Vaisali. Rombongan mengunjungi dua tempat, yakni stupa yang menyimpan salah satu dari delapan relik Sang Buddha dan sebuah stupa perdamaian. Dari Vaisali, rombongan menuju Kushinagar dan beristirahat semalam.


Kushinagar memiliki tiga tempat yang harus dikunjungi, yakni tempat Buddha Mahaparinirvana, tempat kremasi tubuh Buddha, dan tempat Buddha terakhir kali membabarkan Dharma. Ada kisah yang menakjubkan dari tempat kremasi. Pada saat itu, tubuh Buddha tidak dapat dibakar meskipun telah berulang kali dicoba. Kemudian, Annurudha yang merupakan salah satu siswa utama Sang Buddha, melihat dengan mata ketiganya bahwa para Dewa-Dewi dan makhluk surgawi menginginkan agar proses kremasi dilakukan menunggu Mahakassapa, yang pada saat itu belum hadir di sana. Pada akhirnya, setelah Mahakassapa datang dan mengelilingi tubuh Buddha selama 3x, tubuh Buddha terbakar dengan sendirinya. Kemudian, rombongan menghabiskan waktu lebih lama di vihara Mahaparinirvana, dimana terdapat Buddha dengan posisi tidur sepanjang enam meter di dalamnya.
Sravasti memiliki udara yang sejuk dibanding tempat-tempat yang sebelumnya kami datangi. Daerah ini di bagi dua yakni Sahet dan Mahet. Pagi-pagi rombongan berangkat ke daerah Mahet yakni ke kuti Anathapindika dan Angulimalla. Di kedua kuti ini, rombongan melakukan puja dan memanjatkan doa masing-masing. Setelah makan siang, rombongan lanjut perjalanan spiritual ke daerah Sahet yakni hutan Jettavana, dimana Anandapindika membangun vihara untuk Sang Buddha. Di tempat inilah Sang Buddha menetap selama 25 tahun. Oleh sebab itu, rombongan meluangkan waktu lebih lama hingga hari menjelang malam. Di sini kami melakukan puja bersama, pradaksina, pelafalan mantra dan perenungan.

Sarnath – Stupa PembabaranDharma Pertama
Sungai Gangga diwaktu subuh


Tempat suci yang terakhir adalah Sarnath (Varanasi), terdapat tempat suci dimana Buddha bertemu dengan kelima murid pertama dan memutarkan roda Dharma. Taman Rusa Isipatana, nama tempat pemutaran roda Dharma. Di taman ini terdapat sebuah stupa Dhamekh, spot dimana Sang Buddha mengajarkan Empat Kesunyataan Mulia kepada kelima murid pertamanya, di sinilah Sangha pertama terbentuk. Selain itu, Sarnath juga terkenal dengan sungai gangga yang melintas sepanjang daerah ini. Subuh hari, rombongan naik perahu melintasi sungai tersebut dan melihat matahari terbit. Sungai ini diyakini oleh umat Hindu sebagai tempat suci.
Perjalanan Dharma Yatra KCB di Sarnarth menutup berita artikel ini. Semoga informasi kegiatan Dharma Yatra dan tempat suci agama Buddha dapat bermanfaat bagi yang membaca.[Suni&Vi]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hubungi Kami

  • +62 815-1160-9707
  • info@kadamchoeling.or.id
  • -

Kirim Pesan