Siaran Radio Mei Sheng Oktober 2010: Hari Kathina

  • October 23, 2010

Satu kesempatan yang baik, karena KCI-Buddha Wacana kini mengisi suara kembali di radio Mei Shen 92.10 FM, pada hari selasa, 19 Oktober 2010 yang ke-439, dengan topik “Hari Khathina”. Topik ini dibahas oleh Bhante Lobsang Gyatso. Siaran diawali dengan pembukaan oleh Bhante mengenai sejarah Hari Kathina.
Bhante menjelaskan bahwa Hari Khatina memiliki arti secara harafiah, yaitu berdiam di suatu tempat di musim hujan. Pada saat kehidupan Sang Buddha, ada beberapa samanera dan samaneri yang melakukan kegiatan berdiam diri pada saat musim hujan selama 3 bulan. Berdasarkan Vinaya Pittaka, dijelaskan bahwa pada saat itu, ada 30 orang Bhikkhu yang berasal dari daerah Pawa. Para petapa melakukan kegiatan mengembara ke hutan dan para Bhikkhu tinggal di hutan dengan mengenakan jubah kasar. Jubah tersebut terdiri atas 3 bagian yaitu bagian bawah, tengah dan atas. Dalam perjalanan, mereka dapat tinggal di mana saja. Pada saat menjelang Hari Kathina, mereka memperoleh hak istimewa. Hak istimewa tersebut antara lain, mereka diizinkan untuk pergi tanpa harus memberitahukan kepada Bhikksu lain, mereka boleh mengambil jubah, makan bersama, mereka boleh memperoleh beberapa jubah sesuai dengan kebutuhan mereka.
Selain itu, Bhante menambahkan bahwa pentingnya Hari Kathina bagi umat Buddhis, hal tersebut tergantung pada sudut pandang masing-masing. Misalnya bagi anggota Sangha, Kathina dianggap penting karena dengan memperingati Hari Kathina, berati anggota Sangha dapat mempertahankan tradisi dari Sang Buddha, agar ajaran tetap bertahan. Tambahnya, dengan melaksanakan Hari Kathina, maka berati Dharmma akan bertahan, sehingga mampu memberi manfaat bagi kebahagiaan yang hakiki dan membantu membebaskan penderitaan mereka. Bagi umat, mereka mempunyai kesempatan untuk membuat kebajikan pada Hari Kathina, sebab mereka dapat berdana kepada Sangha yang sedang melaksanakan Hari Kathina.
Beliau menambahkan penjelasan bahwa Hari Kathina dapat dikatakan sebagai konsep “berkumpulnya”. Maknanya adalah membawa sesuatu itu bersama sama, secara harafiah, dari konsep tersebut maka muncul keadaan yang pasti di mana kegiatan yang sama-sama dilakukan, seperti ada seseorang Bhiksu atau beberapa Bhiksu yang melakukan wasa pada saat Hari Kathina. Mengenai bagaimana upacara Kathina di mulai, Bhante mengatakan bahwa harus ada minimal 5 orang Bhiksu di suatu tempat yang sama, untuk dikatakan sah harus ada 4 orang dan 1 Bhiksu melakukan penilaian terhadap 4 Bhiksu. “Haruskah umat Buddha melakukan kegiatan berdana pada Hari Kathina?”. Pertanyaan tersebut dijawab oleh Bhante, bahwa berdana pada Hari Kathina maupun di luar Hari Kathina, sebenarnya berdana itu harus dilakukan dengan suka rela, seperti misalnya kita sudah komitmen untuk mengambil tekad untuk berdana, sebenarnya tidak harus ada paksaan maupun wajib melakukan berdana di Hari Kathina, tetapi tergantung dari komitmen kita untuk berbuat bajik. Demikian penjelasan dari Bhante, yang membahas topik Hari Kathina.[Rudi]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *