Liputan Public Teaching Khenzur Rinpoche di Bandung

  • February 14, 2008

“Generasi muda biasanya mudah terlena oleh distraksi atau gangguan-gangguan luar. Sangat baik jika kita bisa mengalihkan perhatian kita untuk belajar Dharma. Karena tujuan kita menjadi Buddhis adalah untuk menjadi orang yang baik, yang dapat membantu orang lain dan memberikan kontribusi baik ke masyarakat maupun negara. Sudah selayaknya kita harus mempertahankan dan mengembangkan praktik Dharma kita sejak masa muda.”

Gomang Khenzur Rinpoche
Bandung, 13 Februari 2008

Jika kita menyempatkan diri untuk jalan-jalan ke Bandung, di jalan Vihara yang terkenal dengan sebutan jalan Kelenteng, terdapat Vihara Tanda Bakti yang terlihat sedang direnovasi. Terlihat dari luar, tidak terlalu banyak aktivitas yang terjadi. Ada beberapa pekerja yang terlihat sedang memalu dan bergerak ke sana ke mari. Debu dan puing-puing membuat orang tidak terlalu ingin masuk ke dalam sana. Tetapi di balik dinding vihara yang sedang direnovasi tersebut, terdapat kurang lebih 80-100 orang datang selama 5 hari untuk mendengarkan Ajaran Buddhadharma yang dibawakan dengan sistematis dan mendalam oleh Y.M Khenzur Rinpoche.
Mungkin bagi kebanyakan umat Buddhis Indonesia, nama beliau tidak dikenal tetapi bagi orang Tibet dan praktisi Dharma Mahayana Tibet, nama beliau telah dikenal sebagai ?Mantan Kepala Biara? Drepung, salah satu biara terbesar di India selain Sera dan Ganden. Beliau juga peraih peringkat terbaik di antara kandidat Geshe dari ketiga biara besar tersebut dan mendapatkan gelar geshe Lharampa. Pada tahun 1989, Rinpoche dipilih oleh His Holiness the Dalai Lama XIV menjadi Kepala Biara Drepung Gomang selama 6 tahun. Sekarang, beliau menjadi salah satu Kepala biara biksu paling senior di Biara Drepung yang juga dikenal dengan sebutan ?Drepung Tripa?. Atas undangan dari Bhiksu Bhadra Ruci , beliau datang ke Indonesia khususnya ke Bandung untuk pertama kalinya.

Dengan penuh kesabaran dan keahlian mengajar, Rinpoche menjelaskan topik ?Empat Kebenaran Mulia? dengan detil, tajam dan mendalam. Beliau mengambil referensi teks dari Liberation in Our Hand yang dikompilasi oleh Pabongka Rinpoche, Lamrim Chenmo dan Instruksi Guru yang Berharga .

Walaupun metode pengajaran untuk publik ini menggunakan teks tetapi tidak berarti bahwa sesi yang dibawakan membosankan seperti pelajaran di sekolah atau universitas, melainkan pendengar dituntun logikanya untuk masuk ke dalam setiap poin dengan detil. Dengan cara seperti ini, pendengar tidak hanya mendapatkan poin yang diberikan tetapi logika berpikir. Karena seperti yang dikatakan Rinpoche, belajar Dharma adalah belajar mengubah cara berpikir dan transformasi diri. Sangat sulit untuk mengubah cara berpikir, jika kita hanya mendengar penjelasan yang tidak runut, kurang sistematis dan tidak bertahap. Karena penjelasan Rinpoche sangat runut dan teratur, diharapkan cara berpikir kita bisa berubah. maka di setiap akhir pelajaran, kita dapat melihat runutan penjelasan Rinpoche kembali sehingga mudah untuk dipelajari kembali.

Di hari yang pertama, beliau mengawali ajarannya dengan mengingatkan semua orang akan motivasi yang melandasi semua perbuatan kita bahkan pada saat mendengarkan Ajaran Dharma. Motivasi yang bisa dikategorikan sebagai motivasi Buddhis adalah jika kita mengarahkan perbuatan dan pikiran kita minimal untuk kehidupan yang selanjutnya. Jika kita masih berkutat pada tujuan-tujuan dalam hidup ini maka perbuatan itu juga tidak dapat dikategorikan Buddhis. Hal ini lebih dijelaskan dengan menggolongkan tiga jenis kategori sesuai dengan kapasitas makhluk hidup, makhluk dengan motivasi kecil yaitu mengharapkan kehidupan yang lebih baik di kehidupan selanjutnya; makhluk dengan motivasi menengah yaitu makhluk yang telah menolak untuk terlahir di samsara (31 alam kehidupan); dan terakhir, makhluk dengan motivasi tinggi yaitu makhluk yang memiliki aspirasi untuk mencapai keBuddhaan demi semua makhluk. Semua ajaran Buddha akan jatuh ke dalam cakupan ketiga motivasi ini.

Rinpoche juga mengingatkan bahwa sebuah aktivitas menjadi aktivitas Dharma jika diawali dengan motivasi yang bajik dan diakhiri dengan mendedikasikannya untuk kebahagiaan semua mahkluk. Ini lah kunci dari praktik Dharma. Sehingga kita akan belajar untuk menyadari kondisi pikiran, ucapan dan perbuatan kita. Baik awal maupun akhir sama pentingnya. Karena itu, apakah perbuatan kita menjadi praktik dharma atau tidak, semua itu tergantung dari motivasi kita. Bahkan Rinpoche menekankan meskipun kita mendengarkan Dharma tetapi jika pikiran kita tidak memiliki motivasi bajik maka sebenarnya itu bukan praktik Dharma yang sebenarnya. Motivasi yang paling baik adalah motivasi tinggi yaitu beraspirasi menjadi Buddha demi kebahagiaan semua makhluk.

Penjelasan mengenai Empat Kebenaran Mulia kali ini juga tidak seperti yang kita temukan di bangku kuliah atau sekolah, namun lebih mendalam bersifat filosofis. Hal ini diperlukan dikarenakan seperti yang dikatakan oleh Buddha bahwa kita harus benar-benar memahami penderitaan alam samsara, menolak sebab-sebabnya, mencapai terhentinya Dukkha, dan mempraktikkan jalan menuju terhentinya Dukkha. Dengan begitu, kita akan bisa membangkitkan perasaan menolak samsara dan mengembangkan welas asih yang sebenar-benarnya untuk mencapai keBuddhaan.
Rinpoche menekankan bahwa begitu pentingnya topik ini sehingga Buddha memutuskan untuk memberikan topik tentang Empat Kebenaran Mulia di putaran Roda Dhamma pertama. Kalimat yang diucapkan Buddha hanyalah empat baris tetapi memiliki makna dan aspek yang sangat luas.
Penjelasan mengenai Empat Kebenaran Mulia juga ternyata dapat dilihat dari tiga sudut pandang, yaitu dari sifat esensialnya, aktivitas dan hasil. Berikut adalah tabel guna mempermudah kita melihat garis-garis besar tersebut.

NoSifat esensialAktivitasHasil
1Kebenaran Mulia tentang DukkhaPahami!Mengerti meskipun tidak ada yang perlu dimengerti
2Kebenaran Mulia tentang Asal Mula DukkhaTinggalkan!Ditinggalkan meskipun tidak ada yang ditinggalkan
3Kebenaran Mulia tentang Terhentinya DukkhaManifestasikan!Dimanifestasikan meskipun tidak ada yang dimanifestasikan
4Kebenaran Mulia tentang Jalan terhentinya DukkhaPraktikkan!Dipraktikkan meskipun tidak yang dipratikkan

Untuk Kebenaran Mulia yang pertama tentang Dukkha, Rinpoche mengutip Arya Nagarjuna dalam Abhidharma Samuccaya (The Essence of the Ocean of Abhidhamma) bahwa Dukkha terbagi menjadi dua yaitu penderitaan di muka bumi ini dan kelahiran manusia yang berulang-ulang karena karma dan kilesa (kekotoran batin).
Jika kita Sistematika pengajaran topik “Empat Kebenaran Mulia” terbagi menjadi empat Kebenaran Mulia yang masing-masing memiliki empat aspek-16 aspek secara keseluruhan. Anatominya adalah sebagai berikut:
1. Kebenaran Mulia tentang Dukkha
Bahwa yang dimaksud dengan penderitaan (Dukkha) sesuai dengan pandangan Buddhis adalah penderitaan di muka bumi ini dan keterpaksaan untuk terlahir berulang-ulang karena kita terikat oleh 5 aggregat (skhanda) tidak murni yang berasal dari karma dan kilesa kita. Kebenaran mulia tentang dukkha memiliki 4 aspek (karakteristik):

  • Samsara bersifat tidak tidak kekal
  • Sumber penderitaan kita
  • Kekosongan
  • Tanpa Aku (Inti)
    2. Kebenaran Mulia tentang Asal Mula Dukkha
    Sebab Dukkha adalah karma dan kilesa. Kilesa menghasilkan karma, karma yang menyebabkan kita berputar-putar di dalam samsara. Karena itu kita harus meninggalkan penyebab tersebut. Karakteristik dari karma dan kilesa adalah:

  • Penyebab
  • Asal
  • Faktor penyebab
  • Sumber
    3. Kebenaran Mulia tentang terhentinya Dukkha
    Kondisi atau hasil mencapai pembebasan dari samsara di mana tidak ada lagi kilesa. Karena tidak ada kilesa, maka karma tidak akan diproduksi lagi.
    Terhentinya Dukkha merujuk pada:

  • Penghentian
  • Kedamaian (bebas dari penderitaan)
  • Kebaikan (tidak berlebihan)
  • Pembebasan
    4. Kebenaran mulia tentang Jalan Menuju terhentinya Dukkha

  • Jalan atau metode
  • Pengetahuan (kebijaksanaan)
  • Pencapaian (Padangan benar)
  • Menuju Pembebasan sejati

    Masing-masing poin mendapatkan penjelasan yang cukup detil dari Rinpoche. Secara garis besar, Rinpoche menekankan bahwa sangat penting untuk memahami samsara beserta komponennya karena jika kita tidak mengenali apa penyakit yang kita derita, kita cenderung tidak mencari obat. Setelah kita tahu betapa sakitnya diri dan mental kita, barulah kita mencari penyebabnya, mencari dokter dan minum obat agar kita sembuh. Akan sangat sulit untuk terlepas dari samsara jika kita tidak menyadari bahwa diri kita sebenarnya menderita. Untuk memberikan ilustrasi tentang dukkha, Rinpoche memberikan penjelasan mengenai 6 kekurangan utama dari samsara yaitu tidak pasti, tidak pernah puas, kita harus meninggalkan tubuh kita, kita harus mengalami pembuahan berulang kali, semuanya berubah dan kita tidak memiliki teman sejati. Rinpoche bukan saja menjelaskan detil per poin melainkan hingga apa yang terjadi di dalam setiap tahap pembuahan manusia sejak sperma bertemu dengan sel telur. Apa yang dirasakan, kondisi beserta keadaan janin membuat para peserta sesi publik ini benar-benar membuka telinga.
    Ada pula sudut pandang yang berbeda untuk menjelaskan penderitaan yaitu dari 3 sudut pandang yaitu dukkha umum, dukkha karena perubahan dan penderitaan yang meluas (pervasive suffering). Di sini Rinpoche mengajak peserta secara perlahan untuk merenung. Kata-kata dan kalimat yang digunakan Rinpoche tidak hanya berdasarkan teks melainkan penuh makna, praktis dan mengena.
    Dengan kepiawaiannya, Rinpoche mengajak secara perlahan untuk mengkontemplasikan jenis-jenis penderitaan 8, 6 dan 3 jenis bentuk penderitaan, dan bahkan Rinpoche memberikan penjelasan tentang penderitaan spesifik di ketiga jenis alam di samsara, yaitu alam nafsu keinginan, alam dewa berbentuk dan alam dewa tidak berbentuk beserta bentuk-bentuk penderitaan dan ciri-ciri kematian di alam-alam tersebut. Kesimpulannya adalah bahwa alam manusia ataupun desire realm jauh lebih baik ketimbang kedua alam yang lain seperti dewa berbentuk dan tidak berbentuk karena meksipun alam dewa adalah alam yang lebih tinggi daripada manusia, tetapi dibutuhkan karma baik yang begitu luar biasa besar untuk terlahir ke alam-alam tersebut dan satu-satunya pilihan setelah karma baik kita habis di alam tersebut adalah turun ke alam-alam yang rendah dikarenakan karma baik kita habis. Penjelasan ini benar-benar membuka mata para peserta untuk melihat bahwa alam dewa bukanlah pilihan terbaik untuk praktik Dharma. Sedangkan alam manusia adalah alam yang tidak begitu menderita dan tidak juga begitu bahagia sehingga tempat yang paling bagik untuk prakti k Dharma dan menguji kapasitas batin dan welas asih kita.
    Rinpoche juga memberikan renungan tentang kematian, bagaimana kekotoran batin utama muncul, apa yang harus kita lakukan untuk menghadapi kekotoran batin utama kita, termasuk mengatasi kemarahan. Setiap sesi diakhiri dengan tanya jawab, banyak pertanyaan-pertanyaan kritis yang dijawab dengan jelas oleh Rinpoche diantaranya mengapa kita harus menjadi Buddha, fenomena komposional, fenomena permanen dan tidak permanen, bagaimana Arahat menjadi Buddha, cara kemarahan menetralisir karma bajik, dan banyak pertanyaan lainnya.
    Semua ini membuat peserta juga mendengarkan dengan begitu antusias, bukan hanya anak muda tetapi orang tua yang datang dari Palembang, Banjarmasin, Bogor, dan Jakarta. Salah satu peserta yang baru pertama kali mengikuti sesi publik ini memberikan tanggapannya, “Saya baru pertama kali mengikuti pelajaran dengan metode seperti ini dengan Khenzur Rinpoche tetapi ajaran yang diberikan sangat bagus dan membuka mata saya.”
    Sesi ditutup dengan wejangan dari Rinpoche yang memaparkan betapa senangnya Rinpoche melihat begitu banyak anak muda yang masih mau mendengarkan Dharma. Rinpoche juga senang karena jika kita sudah belajar Dharma sejak muda, maka hasil yang dicapai juga bisa lebih banyak dan besar. Karena itu tunggu apa lagi, sudah waktunya kita menggunakan waktu kita sebaik-baiknya untuk mengarahkan batin kita ke arah yang bajik, belajar aspirasi keBuddhaan, karena apa lah tujuan hidup jika bukan untuk melatih batin kita untuk mencapai kebebasan sejati demi membantu banyak makhluk lain?

    Tulisan ini didedikasikan untuk para guru Spiritual. Semoga mereka berumur panjang dan semua aspirasi luhur mereka tercapai. Semoga Buddhadharma menyebar di seluruh penjuru.

    NB: Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk memberikan keseluruhan transkrip ajaran dikarenakan keterbatasan halaman tetapi hanya memberikan sepotong gambaran dari ajaran yang diberikan oleh YM. Khenzur Rinpoche. Bagi yang berminat untuk mendapatkan transkrip lengkap ajaran Khenzur Rinpoche, silakan menghubungi Dharma Center Kadam Choeling Bandung.

    Dia memakan daging ayahnya dan memukul ibunya
    Musuh yang dia bunuh, duduk di atas pangkuannya
    Seorang istri menggerogoti tulang suaminya
    Samsara begitu menyedihkan!

    Y.A. Shariputra
    (Dikutip dari Liberation in the Palm of Your Hand, Pabongka Rinpoche)

    Lenny Hidayat

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *