Pabbaja Samaneri Perbhiktin Mei 2008

  • May 27, 2008

Pada tanggal 11 Mei hingga 20 Mei 2008, Persaudaraan Bhikkhuni Theravada Indonesia (Perbhiktin) menyelenggarakan Pabbajja Samaneri. Sebanyak delapan orang peserta mengikuti Pabbajja Samaneri kali ini, dan 6 orang di antaranya adalah anggota Dharma Center Kadam Choeling Bandung yaitu Marliaty Pribadi, Yulianti Kurnia, Marlina, Lisa, Lisa Tanika, dan Heni.

Bagian atas dari kiri ke kanan: Samaneri Amanda (Lisa), Samaneri Maitripuspita Tirta (Lisa Tanika), Samaneri Akhita (Shelfi), Samaneri Satya Kumari (Yulianti Kurnia). Bagian bawah, dari kiri ke kanan: Samaneri Ratna Rasmi (Nur Septien), Samaneri Sobhitri (Heni), Samaneri Padma Kumari (Marlina), Samaneri Sadika (Marliaty Pribadi).

Berikut ini adalah komentar beberapa peserta Pabbajja Samaneri tersebut:

Peserta Samaneri Satya Kumari

Dalam kebingungan aku terdiam
Tak tentu arah mana melangkah
Api membara berkobar di hati
Di antara kekusutan pikiran yang menghantam
Kekuatan tekad membuahkan keputusan
Dan sang kala berjalan…

Bagaikan diantar menuju Oasis di padang pasir
Sebuah sms berbunyi malam itu, 8 Mei 2008
Oh sujudku pada Yang Agung, Sang Kebenaran Sejati
Dan bergegaslah aku dengan segala niat baik
Semoga restu para Guru memberkahiku

Hari itu, 10 Mei 2008,
Pertama kalinya kutanggalkan rambut yang selalu menyita perhatian
Semoga terkikis jugalah di sana kekotoran-kekotoran batinku
Tanggal 12 Mei 2008, hari pertama kujalani
Kehidupan sebagai seorang samana
Kuingat pesan Ayya nan lembut namun tegas,
?Jubah ini Simbol Perjuangan.?

Bagaikan anak dalam bimbingan ibunda,
Demikianlah hari-hari kulalui di Wisma Kusalayani
Tenang… damai… Dan penuh kekeluargaan kala canda dan tawa
Menyelingi cerita kita pada Ayya di malam hari.

Teman-teman baik yang sulit ditemukan,
Meski kita tak dapat saling bicara, tapi hati ini geli dan bahagia
Mengingat kita telah menjadi teman sepenghidupan luhur
Sungguh berarti semua ini bagiku

Hmm… waktu yang langka ini tinggal tersisa 3 hari
Ku akan pulang bertemu suami dan si kecil tercinta,
Seolah bangun dari mimpi dan menjalani kembali kehidupanku

Duniawi… masih duniawi… kusadari
Aku terkungkung dalam penjara besi
Tangan dan kakiku terbelenggu kilesa
Dalam kegelapan arus samsara yang begitu deras
Aku mesti terus berjuang,
Semoga aku cepat menyempurnakan kebijaksanaanku

Kuberdoa,
Semoga semua makhluk bahagia selalu dan senantiasa mengumpulkan sebab-sebab kebahagiaan
Semoga semua makhluk terbebas dari dukkha dan sebab-sebab dukkha
Semoga semua makhluk senantiasa ikut bergembira atas kebajikan dan kebahagiaan makhluk lain
Semoga semua makhluk senantiasa berada dalam keseimbangan batin.

Peserta Samaneri Sobhitri

Hari ini saya ingin menceritakan kisahku di Wisma Kusalayani. Simpanlah ini untuk jadi kenangan.

Botak?? Ini pengalaman pertama bagiku. Rasanya seperti habis keramas dengan shampoo menthol… dingin.

Setelah lama menanti kesempatan seperti ini, akhirnya terwujud juga. Sebenarnya saya sudah tahu lama kegiatan ini dari teman-teman bertahun lalu, namun setiap kali selalu ada halangan hingga saya melupakan keinginan saya itu. Suatu ketika saya bertemu teman yang membawa hasil kongres mengenai bhikkhuni di Jerman. Setelah itu kami semua berkunjung ke kediaman bhikkhuni kontroversial. Kami beruntung bisa langsung bertemu dengan manusia super ini, Ayya Santini dan Ayya Silavati.

Dalam program ini, tiap pertanyaan yang kutanya, jawaban memuaskan yang kuterima. Saya mengerti, di sinilah saya bertemu dengan pejuang perempuan dalam sangha. Di sini juga saya bertemu dengan para volunteer yang telah menyediakan makanan yang lezat.

Seandainya hilangnya rambutku berarti hilangnya kilesaku, hal ini akan sangat indah. Sayangnya… tidak semudah itu. ?Botak? merupakan awal perjuangan yang panjang. Semoga saya memiliki kamma baik yang cukup untuk memasuki jalan ini secepatnya. Tentu saja dengan meletakkan kehidupan samana sebagai pilihan pertama bukan yang terakhir.

Dengan segala kebajikan yang telah berhasil kukumpulkan dari pelatihan ini, saya dedikasikan untuk kedua orang tuaku dan guru-guru termulia. Semoga ini dapat menjadi hadiah Waisak yang berarti bagi mereka. Semoga Wisma Kusalayani akan menjadi tempat berlatih yang indah bagi semua makhluk. Sadhu Sadhu Sadhu.

Peserta Samaneri Maitripuspita Tirta

Cukup terkejut aku dengan kemampuan diriku sendiri karena ternyata diri ini dapat tidak bicara selama sekitar sembilan hari. Tentu kecuali saat diskusi dalam kelas atau saat kerja kelompok, itupun terbatas hanya kalimat, ?Lap meja dimana??, ?Di sini udah dipel.?, atau ?Bisa tolong bantu pasang ini??.
Dan lebih keren lagi, selama program pabbajja samaneri ini, saya bisa bangun jam 04.30 pagi. (Luar biasa…!!!) Awalnya saya cukup pusing juga karena tidak ada HP, jadi tidak bisa pakai alarm. Lalu tidak boleh bicara dengan teman, jadi tidak bisa titip pesan ke mereka agar bangunkan tiap pagi. Dan yang lebih parah lagi, biasanya bangun jam 7 atau jam 8.
Solusinya tiap malam sebelum tidur, saya selalu tidak lupa bertekad, semoga besok saya bisa bangun jam 4.30 pagi.

Peserta Samaneri Amanda

Semua berawal dari kunjunganku bersama teman-teman di Wisma Kusalayani awal tahun ini. Kami ingin mengetahui bagaimaan sih pengalaman Ayya Santini yang merupakan pelopor bhikkhuni Theravada di Indonesia.

Sepulang dari kunjungan tersebut, teman-temanku mengambil jadwal kegiatan Perbhiktin. Mereka tertarik untuk ikut pabbajja samaneri dan juga mengajak teman-teman lain untuk bergabung. Tapi emang aku kurang agresif, aku baru mulai tertarik setelah berulang kali ditanya dan diajak teman-teman. Aku baru mendaftar tiga minggu sebelum hari H-nya.

Dari dalam diri memang sejak dulu ingin ikut program seperti ini karena melihat teman-teman pria lebih beruntung. Mereka dapat mengikuti pabbajja samanera lebih dari satu kali di sebuah Dharma Center temapt aku menjadi relawan.

Hari-hari pertama aku lewati dengan agak kurang konsentrasi. Aku rasa karena motivasiku kurang kuat dan juga harus menghapal paritta Pali yang belum familiar. Namun perlahan semangat mulai muncul. Rasa tenang yang sudah lama hilang dalam diri, mulai terasa. Rasa nyaman menjelma. Belum lagi pengetahuan praktis dari berbagai pembicara yang membangkitkan semangatku untuk berjuang melawan kekotoran batin.

Ayya Santini bercerita tentang makhluk PETA yang baik hati bersedia mengingatkan manusia untuk menjaga sila agar tidak terlahir seperti makhluk tersebut di alam PETA yang penuh penderitaan. Mengingat hal ini, aku menjadi malu karena sudah sangat kurang tekadku untuk menjaga sila padahal sangat langka kesempatan yang kuperoleh untuk dapat mengikuti pabbajja samaneri ini.

Entahlah kapan aku dapat mengikuti pabbajja samaneri lagi di masa nanti. Saat ini, aku ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membuka pandanganku. Terima kasihku kepada para pembicara (Bhante Kamsai, Bhante Aggadipo, Romo Corneless Wowor, Romo Sukiman, Romo Handani) dan juga kepada Ayya Santini dan Ayya Silavati atas tempat, waktu, tenaga, dan pengetahuannya. Juga kepada para relawan yang telah susah payah memasak makanan, menjaga keamanan dan bantuan lainnya, terutama harus bangun lebih pagi daripada peserta.

Kepada semua makhluk, aku limpahkan semua jasa kebaikan yang telah berhasil aku kumpulkan. Semoga semua makhluk bahagia.

Sadhu Sadhu Sadhu…

Peserta Samaneri Sadika
Tgl 10 -20 Mei 2008, kami, Lia, Heni, Marlin, Lisa semarang, Lisa Palembang, Yuli, ikut program Pabbajja yang diselenggarakan Ayya Santini di Wisma Kusalayani, Maribaya, Lembang. Jadwal rutin adalah dibangunkan pukul 4.30. Pukul 5 -6 meditasi, pukul 6-7 chanting. Chanting ini yang bikin aku stress soalnya aku sama sekali ga bisa dan untuk pentahbisan harus hapal, jadilah dua hari pertama sibuk menghapal ! Pukul 7- selesai makan pagi, dilanjutkan kerja bersih-bersih, dibagi 4 grup ( total peserta 8 orang). Pukul 9 mulai Dharma Class sampai pukul 11. Pukul 11 makan siang, tadinya kesel juga, soalnya masih kenyang. Istirahat. Pukul 13.00 Dharma Class dilanjutkan sampai jam 17.00, diselingi istirahat 10 menit. Kadang, kalau pembicaranya belum datang/ada sisa waktu, diselingi meditasi jalan setengah jam. Karena ga biasa jalan pelan begitu, ahirnya jadi ngantuk, payah.
Ayya Santini mendatangkan pembicara-pembicara luar, karena beliau sendiri sangat sibuk, pergi-pergi terus, baru menjelang Waisak beliau berada di tempat. Pembicara luar : Romo Cornelles Wowor, Bhante Khamsay, Bhante Aggadipo, Romo C.Wowor, Romo Handani Widjaya, Bp. Sukiman,Bp. Acep ( kedua terahir adalah dosen Nalanda). Topik pembicaraan beragam : Panca Skandha, perbandingan agama Islam,Kristen, Buddha, Asal mula manusia, Kosmologi, Kiamat, Santet, Kemasukan ( Setan?), Melihat kehidupan lampau, etc. Ayya Santini bicara mengenai kekerasan dalam rumah tangga, tipuan mata, Sangha Bikhuni, keberanian mengambil sikap dan bertindak, pelajaran-pelajaran yang dipetik dari cerita/pengalaman umat yg ditemuinya.

Pernyataan yang paling menarik dan layak untuk mendapat pemikiran dan perhatian yang lebih dalam datang dari Ayya Santini:

  • Wanita jangan mau ditindas dan diposisikan sebagai second class oleh para lelaki. Apalagi kalau mereka mengatakan bahwa terlahir sebagai wanita adalah karma buruk. Sang Buddha sendiri menyatakan bahwa jasa SATU orang ibu sebanding dengan jasa SERIBU orang ayah. Jadi bagaimana bisa itu jadi karma buruk?
  • Melihat praktek-praktek yang tidak sesuai Dharma, paling sedikit, jika tidak
    berani menyatakan itu tidak benar, kita jangan ikut berbuat.
    Ingat : yang bisa menghancurkan agama Buddha adalah umat Buddha itu sendiri !

  • Untuk kepentingan agama Buddha sendiri agar bisa diterima di abad modern ini,
    kita harus mampu membedakan mana yang mitos mana yang realistis, berani dan jujur mengakuinya, misal : mitos tentang kehidupan Siddharta Gotama sejak kecil hingga meninggalkan istana..Dikisahkan bahwa beliau diproteksi oleh ayahnya sehingga tidak pernah melihat orang tua, orang sakit dan orang mati.
    Kalau kita mau berpikir logis, hal itu tidak mungkin terjadi! Tidak mungkin diseluruh istana semua pegawai disortir hingga tidak ada pegawai tua, Siddharta sendiri toh bisa melihat fisiknya sendiri berubah, bisa melihat orang tuanya bertambah tua. Tidak mungkin hal-hal tersebut bisa disembunyikan hingga belasan tahun pula. Dan dikisahkan bahwa Kitab Veda telah beliau baca dan kuasai sejak remaja, dan, tidak mungkin kitab Veda tidak membahas tentang kematian.
    Jelas disebutkan dan dapat dimengerti mengingat kumpulan kebajikan dan kebijakan beliau dari kehidupan-kehidupan terdahulu, bahwa Siddharta adalah pemuda dengan kecerdasan yang brilian. Jadi kalau Dia bisa tidak tahu mengenai hal-hal tersebut diatas sampai usia belasan tahun, bagi Ayya itu adalah legenda yang sangat menghina kecerdasan Siddharta ! Suatu legenda yang saling bertentangan, disatu sisi Siddharta sebagai pemuda dengan kemampuan fisk dan mental luar biasa, dilain sisi sebagai pemuda yang dapat dibohongi dan dijauhkan dari kenyataan hingga belasan tahun. Dibutuhkan kejujuran dan keberanian untuk mengkaji ulang legenda ini.

  • Tentang Sangha Bikkhuni, Ayya meminta kita untuk kritis menganalisa semua peraturan yang memberatkan Sangha Bikkhuni, apakah benar dari Sang Buddha atau dibuat oleh Sangha Bikkhu untuk melindungi kepentingan mereka ? Dasar logikanya sederhana saja : Sang Budhha, dengan kualitas welas asihnya yang tiada tara, yang telah menunjukkan jalan untuk membebaskan semua makhluk dari samsara, mungkinkah malah mempersulit kaum wanita yang sudah melihat kebenaran jalan itu dan ingin memasukinya? Benarkah Sang Buddha akan mempersulit jalan bagi mereka yang ingin bebas dari samsara?

    Pabbajja Samaneri selanjutnya akan dilaksanakan pada 15 Juni 2008 hingga 26 Juni 2008 di tempat yang sama.

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *