Persembahan Tujuh Mangkuk Air (Tib. Ting phor)

  • May 31, 2015

Persembahan tujuh mangkuk air biasanya disusun di altar seorang Buddhis setiap hari, dan ditempatkan di depan dan sedikit lebih rendah di hadapan Tiga Permata. Mangkuknya biasanya terbuat dari kuningan, perunggu, atau perak, dengan diameter kira-kira tiga atau empat inci, dan sering diukir dengan lambang-lambang keberuntungan dengan tatahan emas atau perak. Jumlah tujuh mangkuk mewakili .Praktek Tujuh Bagian. (Skt. Saptanga; Tib. Yan lag bdun pa) untuk mempurifikasi hal-hal negatif dan mengumpulkan kebajikan, yang terdiri dari: penghormatan, memberikan persembahan, pengakuan akan perbuatan negatif, bermuditacita dalam kebajikan diri sendiri dan orang lain, memohon kepada Buddha untuk terus mengajar, memohon kepada Buddha untuk terus berada di dunia, dan mendedikasikan kebajikan.

 

Sebelum mangkuk diletakkan di altar, biasanya dituang sedikit air terlebih dahulu ke tiap mangkuk yang telah dibersihkan. Hal ini dilakukan sebagai persembahan awal untuk memastikan bahwa mangkuk tidak dipersembahkan dalam keadaan kosong. Tumpukan mangkuk yang bersih dipegang oleh tangan kiri sebelum diletakkan, kemudian dikonsekrasi dengan mengucapkan tiga suku kata Om A Hum, dan mangkuk yang paling atas telah terisi setengah dengan air sebelumnya. Selanjutnya, air dituang dari mangkuk teratas ke mangkuk yang kedua sebelum dia diletakkan di altar dengan menyisakan sedikit di mangkuk yang pertama. Proses ini diulang hingga semua tujuh mangkuk berjejer lurus dari kiri ke kanan. Jarak antar mangkuk kira-kira selebar satu biji gandum. Jika mereka bersentuhan satu sama lainnya akan menyebabkan orang tersebut lemah mental; jika jaraknya terlalu jauh akan menyebabkan orang tersebut terpisah dari gurunya.

 

Air yang bersih dan jernih digunakan untuk mengisi mangkuk yang mana saat dituangnya adalah seperti .biji gandum. yang keluar dari corot bejana air tersebut. Hal ini menandakan bahwa aliran air saat diawal adalah tipis dan lambat, tebal dan cepat di tengah, dan meruncing kembali di akhir. Setiap mangkuk diisi hingga jarak satu biji gandum dari bibir mangkuk. Air yang dituang hingga meluap diyakini akan menghasilkan kemerosotan disiplin moral, dan ketinggian air yang terlalu rendah akan menyebabkan ketidakmakmuran. Kita tidak dianjurkan untuk bernafas mendekati mangkuk persembahan, karena akan menyebabkan ketidakmurnian.

 

Tujuh mangkuk persembahan juga dapat disusun untuk membuat tujuh persembahan. Tujuh persembahan ditujukan kepada istadewata yang merupakan tamu terhormat yang pernah disambut di rumah orang India kuno. Mangkuk pertama mengandung air yang jernih untuk minum dan berkumur. Mangkuk kedua mengandung air untuk mencuci kaki, karena menurut tradisi India kuno bahwa seseorang memasuki pintu dengan kaki telanjang. Mangkuk ketiga berisi bunga-bunga segar, mewakili tradisi mempersembahkan karangan bunga kepada tamu laki-laki, dan bunga untuk perhiasan rambut bagi tamu wanita. Mangkuk keempat menahan dupa untuk menyenangi indera penciuman. Mangkuk kelima berisi minyak atau lampu mentega untuk melambangkan penerangan kebijaksanaan. Mangkuk keenam mengandung minyak mawar atau air wangi-wangian untuk menyegarkan wajah dan dada; dan mangkuk ketujuh berisi makanan yang lezat untuk menghormati tamu. Persembahan makanan orang Tibet biasanya berupa kue-kue berbentuk kerucut berwarna merah atau putih (Tib. gtor ma), terbuat dari tepung gandum yang disangrai (Tib. tsam pa), bahan celupan, dan mentega. Persembahan yang kedelapan termasuk ke dalam daftar, yang mewakili semacam kecapi, seruling, simbal, keong atau damaru, tapi persembahan bunyi-bunyian biasanya lebih banyak divisualisasi dan tidak sebenarnya berada dalam tujuh mangkuk persembahan. Dalam praktik tantra tertentu atau sadhana, dua mangkuk air yang pertama bisa digabung menjadi satu mangkuk, dan damaru atau keong kecil diletakkan di mangkuk yang ketujuh untuk melambangkan persembahan bunyi-bunyian. Penjelasan delapan mangkuk juga bisa dikaitkan dengan delapan dewi persembahan- empat dewi bunga, dupa, pelita, dan wangi-wangian (mangkuk ketiga hingga keenam), dan empat dewi kecantikan, karangan bunga, lagu dan tari-tarian (sepasang mangkuk terakhir).

 

Ketika persembahan telah selesai disusun maka dilakukan konsekrasi dengan mencelupkan batang rumput kusa ke dalam bejana air dan memerciki persembahan, sambil melafalkan suku kata Om A Hum, tiga atau tujuh kali. Persembahan diangkat pada penghujung hari. Air dari mangkuk disatukan, sedangkan bunga dan makanan ditebar ke alam bebas untuk kebaikan binatang atau setan kelaparan yang sedang lewat. Semua mangkuk dibersihkan dan ditumpuk terbalik agar siap digunakan untuk keesokan harinya.

 

Sumber: The Encyclopedia of Tibetan Symbols and Motifs by Robert Beer
[Rob]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *